Oleh Neni Hendriati
Tangisan keras seorang anak, membuat kami yang berada di ruang guru spontan keluar untuk memastikan apa yang terjadi. Bu Elis tergesa datang, menuntun anak kelas satu dengan darah di bibir, dagu, dan bajunya.
"Kenapa, Bu?" tanyaku khawatir.
"Biasa, mau pulang lari-lari, bibirnya kepentok pintu!"
"Duh...!" aku meringis. Sakit pastinya!
Anak-anak dari berbagai kelas mulai merubung. Mereka penasaran, ingin tahu apa yang terjadi. Anak itu, Ferdi, langsung ditangani oleh Bu Ayu, pembina UKS. Lukanya dibersihkan, berikut bajunya. Lukanya di bawah bibir, diolesi betadine.
Alhamdulillah, lukanya tidak terlalu parah. Bibir bawah luka sedikit, dan darah langsung mengering.
Bu Yanti pun segera membubarkan kerumunan.
"Anak-anak jangan berkerumun, lanjutkan istirahatnya!"
"Ya, Bu," anak-anak pun membubarkan diri.
Anehnya, Ferdi masih menangis, kepalanya clingak-clinguk, seperti ada yang dicari.