Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengapa Gantungan di Motorku Hilang?

26 Oktober 2022   16:31 Diperbarui: 26 Oktober 2022   16:37 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh Neni Hendriati

Mampir di warung langganan di Cigeureung menjadi rutinitasku.  

"Ini pesanannya, Bu!" Bi Lela menyodorkan kresek berisi tiga bungkus tahu favorit. Ya, karena suka kehabisan kalau pulang sekolah, kemarin kupesan saja tiga bungkus. Alhamdulillah, bisa makan tahu panas dicocol sama kecap dan cabai rawit. Hm mantap!

Selesai belanja ini itu keperluan dapur, segera kumenuju motorku, dan kugantungkan belanjaan di kaitan yang biasa.

Belanjaanku tiba-tiba terjatuh, refleks aku segera turun dari motor. Kuamati sambil berjongkok, ternyata gantungannya hilang, bahkan ada bekas patahannya!

Ini pasti kerjaan anak-anak di sekolah! Teganya mereka mematahkan gantungan di motorku! Tak henti aku ngedumel dalam hati! Kemarin pulang sekolah, suara motorku berubah seperti motor pembalap, menderu bising. Ketika kulihat, ternyata ada botol bekas minuman, di sela ban dan knalpot.

Dengan hati mendongkol, aku berdiri, dan sangat terkejut, tiba-tiba saja seorang Bapak sudah berdiri di dekat motorku.

"Kenapa, Bu?" tanyanya sambal memandangku penuh selidik.

"Ini, gantungan motorku patah, Pak!" jawabku dengan nada sedih.

Aneh sekali, Bapak-bapak tersebut mesem-mesem.

"Ini motor saya, Bu. Motor Ibu mungkin yang sebelah belakang!" katanya sambil menaiki motor, dan berlalu di hadapanku.

"Astagfirullah!" aku terkejut. Buru-buru kuhampiri motorku, dan ternyata masih ada gantungannya! Hore...

Pantas saja Si Bapak tadi seperti mencurigaiku, karena clingak-clinguk, bahkan menaiki motornya.

Tanpa ba-bi-bu, aku segera berlalu dari situ.

Anak-anak, maafkan Ibu sudah berburuk sangka kepada kalian, bisik hatiku.

Love you all.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun