Tapi harapan kami terus merosot ke bawah
Bagaikan salju putih yang meleleh tanpa suara. (hlm. 25)
Makna puisi tersebut menggambarkan kaum kecil yang sedemikian bekerja keras tanpa harapan yang pasti sehingga mereka melakukan pelarian dari pahitnya hidup. Moon Changgil menyuarakan nasib pada buruh kecil melalui puisi-puisinya pada bagian 1 ini dengan kritikan yang masih halus.
Pada puisi-puisi rangkuman 2 Moon Changgil menuliskannya dengan tema peperangan. Pada saat itu Korea terpecah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Berikut salah satu puisi dengan suasana perang dan kepedihan atas pemisahan kedua suku Korea tersebut, yaitu pada puisi "Kita Ini Satu" tepatnya pada larik berikut.
Ketika dadamu yang ingin berlari bersamaÂ
dengan teman-teman dari Baekdu sampai HallaÂ
itu runtuh lalu tersadar, Joseon terbagi duaÂ
dan kau baru sadar, Korea terpecah dua. (hlm. 36)
Selanjutnya rangkuman 3 dan 4 cenderung menggambarkan suasana yang sama, yaitu sosial politik. Puisi tersebut banyak menggunakan perasaan atau penggambaran individual, dengan bahasa imajis. Seperti pada puisi "Duet Musim Dingin" yang menampilkan suasana sepi mencekam di tengah musim dingin.
Oh serpihan salju yang belum sempat beterbanganÂ
dihempas angin dinginÂ