Moon Changgil, Kim Young Soo, dan Nenden Lilis A. bertemu pada suatu kerja sama. Dua kelompok sastrawan, Chanjak21 (Korea Selatan) dan Komunitas Sastra Setanggi (Indonesia), sepakat menjalin kerja sama untuk memperjuangkan nilai-nilai keagungan dalam sastra. Penandatanganan kerja sama itu dilakukan pada Mei 2021 secara virtual melalui Zoom oleh Ketua Umum Komunitas Sastra Setanggi Nenden Lilis A dan Ketua Changjak21 Moon Changgil. Kerja sama ini berangkat dari kesamaan visi dan misi, cita-cita serta idealisme, yakni mengembangkan dunia sastra dan kebudayaan untuk memperkaya referensi kemanusiaan yang bersifat lintas bangsa. Keduanya telah mencanangkan berbagai program kerja sama, antara lain publikasi dan penerbitan karya, penerjemahan karya, penyelenggaraan diklat, seminar, simposium, festival, dan hal-hal lainnya untuk saling memperkenalkan, memajukan, dan mengembangkan daya cipta serta kreativitas kesusastraan kedua negara secara berkelanjutan.
Kembali pada karya Moon Changgil, buku ini terdiri atas lebih kurang lima puluh delapan puisi yang terbagi dalam empat bagian (ditulis dengan rangkuman 1, rangkuman 2, rangkuman 3, dan rangkuman 4). Puisi-puisi tersebut sudah diterjemahkan dari bahasa Korea menjadi tulisan berbahasa Indonesia. Buku kumpulan puisi ini cenderung menggunakan tema sosial, politik, serta sejarah di negeri Korea. Dengan membaca buku ini, akan mendapatkan kepuasan akan keindahan yang dihadirkan melalui gaya bahasanya dan juga wawasan baru tentang Korea.
Melalui buku antologi puisi ini, kita diperlihatkan sisi lain dari rakyat dan kehidupan Korea yang selalu terlihat indah dan mewah dalam drama Korea. Puisi di dalamnya bertema sosial, politik, kehidupan para buruh, petani kecil, dan masyarakat kecil dengan luka-luka batin dan kehidupan nyata sehari-hari. Puisi-puisi juga banyak yang menceritakan tentang perjuangan, karena saat itu Korea juga sedang berjuang melawan penjajahan Jepang. Â Selain melawan Jepang, Korea pun turut melawan pemerintahnya sendiri yang otoriter hingga terjadi pemenjaraan penyair karena banyaknya puisi perlawanan.
Pada bagian 1 yang ditulis rangkuman 1, puisi menceritakan kehidupan rakyat kecil yang suram. Seperti pada puisi judul "Rumput Liar di Atas Aspal".
Setiap kali menentang badai salju
Dan menaiki tangga besi
Dengan ransel berat untuk mengangkat tanah dan pasir
Setiap kali menggigit sejumlah paku dengan mulut
Dan memukul dengan kekuatan 50an
Aku bisa membangun rumah mewah
Dan gedung berlantai 20an dengan mudah