Rasanya baru kemarin, pilgub DKI Jakarta 2017 diselenggarakan, dengan segala keriuhannya, dengan segala kehebohannya, dan mungkin akan menjadi salah satunya yang paling diingat, baik dari sudut pandang yang positif atau dari sudut pandang yang negatif tergantung dari perspektif masing-masing tentunya.
Tak terasa masa 5 tahun jabatan gubernur DKI Jakarta ini sudah akan berakhir. tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2022.
Saya, pemegang KTP provinsi DKI Jakarta, seorang awam, seorang warga biasa, yang rasanya ingin berbagi pengalaman tentang apa yang saya alami, tentang apa yang saya rasakan, dan tentang apa yang saya lihat semasa 5 tahun masa kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ada yang positif, ada yang negatif, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang biasa-biasa saja, ada yang sudah baik, tapi tidak kurang juga masih ada banyak yang harus atau perlu dibenahi.
Ada 10 poin yang saya garis bawahi, hasilnya sebagai berikut:
PENDIDIKAN, OK
PELAYANAN ADMINSTRASI KEPENDUDUKAN, OK
PELAYANAN KESEHATAN, OK
PENANGANAN COVID-19 DAN VAKSIN WARGA, OK
RUANG KETIGA WARGA, OK
OLAHRAGA DAN EVENT OLAHRAGA, OK
TRANSPORTASI, OK
PENANGANAN BANJIR, NGGAK OK
RUMAH DP NOL PERSEN, NGGAK OKE
PENANGANAN SAMPAH, NGGAK OK
Program sekolah gratis yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dirasakan betul oleh masyarakat ibu kota, mulai dari SD, SMP, SMA gratis, gratis dalam arti yang sesungguhnya karena tidak ada lagi harus membayar ini itu lagi seperti yang kebanyakan masih terjadi di beberapa provinsi yang lain. Buku sekolah disediakan, ongkos sekolah menggunakan JakLingko gratis, ada juga bus sekolah gratis. PPDB online sebagai jalur penerimaan siswa baru di sekolah pun berjalan dengan sangat baik dan fair. Siswa pemegang Kartu KJP dan KJP Plus pun bisa bersekolah di sekolah swasta dengan gratis juga. Keluarga besar saya memang tinggal di Jakarta, para keponakan saya juga rata-rata bersekolah di DKI Jakarta.
Mengenai pelayanan administrasi kependudukan, saya mengalaminya sendiri, saya mengurus E-KTP saya yang hilang. Lalu putra saya yang sudah menginjak usia 17 tahun, harus membuat E-KTP baru. Semua selesai dengan sangat cepat, pelayanan petugas sigap, tidak bertele-tele, dan saya sangat puas. Malah yang pembuatan E-KTP baru untuk putra saya, bisa satu hari jadi, pagi mendaftar, sore hari sudah bisa diambil.
Di dunia pelayanan kesehatan pun juga patut diapresiasi, putra saya mengurus surat keterangan bebas narkoba di sebuah puskesmas di Jakarta Selatan, dari mulai mendaftar, menunggu hasil pemeriksaan lab, sampai surat keterangan terbit, semua berjalan lancar dan sangat cepat, hanya menunggu kurang lebih satu jam saja.
Untuk pelayanan pemprov pada saat masa pandemi Covid-19 pun, semua berjalan baik, pasien covid ditangani dan dilayani dengan sebaik mungkin, baik dari sarana untuk isolasi, maupun program pemberian bantuan untuk semua warga secara keseluruhan, pelaksanaan vaksin warga yang terkoordinir dengan sangat rapi, baik dari segi sistem maupun tindakan di lapangan.
Yang sangat baik dan membuat saya takjub adalah penataan ibu kota menjadi kota modern yang membuat semua terasa menjadi pangling seperti di luar negeri. Ketika saya mencoba menyusuri jalan sepanjang Jl. Jend. Sudirman – Jl. M.H. Thamrin, saya sangat terpesona, semua yang saya lihat sungguh indah dan cantik, dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit yang megah, dengan beragam arsitektur gedung yang juga bermacam-macam, menjadikan penampilan kota Jakarta dengan wajah barunya sungguh memukau. Coba lihat penataan trotoar lebar dan cantik yang semakin humanis ramah pejalan kaki, ramah kaum difabel, sepanjang kiri kanan jalan bermekaran bunga warna-warni memanjakan pemandangan mata, jalur sepeda yang juga dibuat tersendiri, revitalisasi JPO, terutama untuk JPO pinisi dan JPO di depan kawasn GBK yang sangat cantik, taman-taman kota, taman-taman warga pun semakin banyak dan ditata sedemikian rupa, bahkan ada satu di antaranya yang menjadi sangat viral yaitu Tebet Eco Park. Itu hanya sebagian kecil saja, masih banyak kawasan yang sudah ditata sedemikan rupa yang daftarnya pasti akan menjadi cukup panjang untuk dibahas di sini. Lain waktu saya ingin membahasnya satu persatu.
Masih ingat event/ajang Formula E? Buat saya event ini sangat sukses. Untuk sarana olahraga dan prestasi olah raga dari provinsi DKI Jakarta, sepertnya biasa-biasa saja. Tak ada yang menonjol dan luar biasa. Kalau ada pastinya sudah ramai menjadi perbincangan di media massa.
Di dunia transportasi, Jakarta sudah membuat transportasi terintegrasi yang memudahkan mobilitas warganya. Pergi ke mana pun dengan menggunakan transportasi umum, rasanya sekarang menjadi semakin mudah dan murah. Ada kereta commuter yang terkoneksi dengan seluruh daerah peyangganya, yaitu, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Cikarang, Bekasi dan Rangkasbitung. Ada MRT, ada Trans Jakarta, ada angkot Jaklingko, APTB yang juga terintegrasi dengan wilayah penyangga DKI, dan yang masih sedang dalam pengerjaan adalah LRT. Semua ini tidak terlepas juga dari peran semua pihak secara keseluruhan, baik pemerintah pusat, dan pemerintah provinsi–provinsi daerah penyangga ibu kota, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten.
Untuk masalah banjir, ini yang gak OK, rasanya dari mulai saya datang ke Jakarta untuk merantau di tahun 1995, sampai sekarang tidak ada perubahan, banjir masih ada, terutama untuk daerah yang memang sudah menjadi daerah langganan banjir. Saya sudah berada di Jakarta sudah mau hampir 30 tahun, setiap musim penghujan tiba, apalagi di saat musim hujan mencapai puncaknya, banjir di beberapa wilayah DKI Jakarta masih selalu ada. Jadi kapan ya saya dan warga Jakarta akan merasakan terbebas dari masalah banjir ini?
Lalu untuk program rumah DP nol persen, gaungnya benar-benar tidak terasa, dan sepertinya pembangunannya pun baru selesai tahun ini di saat-saat Pak Anis sudah menyelesaikan masa jabatannya. Apakah ada yang beli? Apakah tepat sasaran? Jadinya buat saya sih, program ini gak OK. Dari apa yang saya baca hampir di semua media massa, penilaian tentang rumah DP nol persen ini memang sepertinya merupakan program yang tidak berhasil.
Yang terakhir adalah tentang penanganan sampah. Semakin ke sini, kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan terutama untuk tidak membuang sampah sembarangan, rupanya masih sangat buruk bahkan semakin menipis saja rupanya. Setiap hari saya berjalan kaki dari stasiun ke kantor tempat saya bekerja di bilangan Tanah Abang Jakarta Pusat, yang saya lihat adalah di jalan raya dan di jalan besar kelihatan ada petugas kebersihan yang selalu ada dan jalanan tersebut terlihat bersih dari sampah, tapi ketika saya masuk ke jalan-jalan kecil ke wilayah hunian penduduk, ya ampuuun, sampah menumpuk di mana-mana. Demikian juga pada saat saya berkunjung ke rumah mertua saya di bilangan Pejaten di Jakarta Selatan, hanya di jalan-jalan besarnya saja, terlihat bersih dan bebas sampah, tapi ketika masuk ke jalan kecil, gang-gang kecil, bukan main kumuh dan selalu ada sampah terlihat di mana-mana. Jadi maksud saya, selain warganya sendiri tidak sadar kebersihan, tidak adakah upaya dari pemerintah provinsi yang menggerakkan para walikota ke kecamatan, dari kecamatan menggerakkan kelurahan, dari kelurahan menggerakn RT/RW setempat yang kemudian menggerakkan warga ibu kota untuk sadar kebersihan, apakah tidak ada petugas kebersihan yang membuang sampah seperti di jalan-jalan besar itu??
Demikianlah rangkuman singkat tentang penilaian saya, seorang awan, seorang warga biasa untuk kotanya, DKI Jakarta. Akhir kata, I Love You Jakarta dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dengan segala dinamikanya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H