Mohon tunggu...
NENI RATNA YULIANI
NENI RATNA YULIANI Mohon Tunggu... Administrasi - Membaca Dan Menulis Adalah Dua Sejoli

Saya, seorang ibu rumah tangga biasa yang juga seorang ibu bekerja, yang suka banyak hal untuk dikerjakan. Saya suka menulis, meskipun hanya sebatas untuk disimpan sendiri sebagai catatan pribadi atau bisa disebut sebagai diary sehari-hari saya. Saya suka membaca, apa saja. Dari mulai novel, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Menyanyi pun saya suka, tapi hanya sebatas menyanyi di rumah, tidak untuk tampil di depan umum. Memasak pun saya suka, tapi juga sebatas untuk makanan biasa yang tidak memerlukan perlengkapan lengkap. Yang paling terkini yang masih saya lakukan adalah berkebun, menanam dan merawat tanaman hias. Saya juga senang bermedsos. Saya punya akun Facebook, Instagram, Twitter, dan bahkan punya channel Youtube, di mana saya bisa mengunggah video dari kegiatan saya berkebun dan merawat tanaman hias. Sisanya, saya suka nonton film. Saya suka film apa saja, tetapi saya paling suka dengan film drama, film detektif, dan film biografi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Anies Baswedan di Akhir Masa Jabatannya, Dalam Penilaian Saya, Seorang Awan dan Warga Biasa

16 September 2022   13:53 Diperbarui: 5 Oktober 2022   14:21 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lalu untuk program rumah DP nol persen, gaungnya benar-benar tidak terasa, dan sepertinya pembangunannya pun baru selesai tahun ini di saat-saat Pak Anis sudah menyelesaikan masa jabatannya. Apakah ada yang beli? Apakah tepat sasaran? Jadinya buat saya sih, program ini gak OK. Dari apa yang saya baca hampir di semua media massa, penilaian tentang rumah DP nol persen ini memang sepertinya merupakan program yang tidak berhasil.

Yang terakhir adalah tentang penanganan sampah. Semakin ke sini, kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan terutama untuk tidak membuang sampah sembarangan, rupanya masih sangat buruk bahkan semakin menipis saja rupanya. Setiap hari saya berjalan kaki dari stasiun ke kantor tempat saya bekerja di bilangan Tanah Abang Jakarta Pusat, yang saya lihat adalah di jalan raya dan di jalan besar kelihatan ada petugas kebersihan yang selalu ada dan jalanan tersebut terlihat bersih dari sampah, tapi ketika saya masuk ke jalan-jalan kecil ke wilayah hunian penduduk, ya ampuuun, sampah menumpuk di mana-mana. Demikian juga pada saat saya berkunjung ke rumah mertua saya di bilangan Pejaten di Jakarta Selatan, hanya di jalan-jalan besarnya saja, terlihat bersih dan bebas sampah, tapi ketika masuk ke jalan kecil, gang-gang kecil, bukan main kumuh dan selalu ada sampah terlihat di mana-mana. Jadi maksud saya, selain warganya sendiri tidak sadar kebersihan, tidak adakah upaya dari pemerintah provinsi yang menggerakkan para walikota ke kecamatan, dari kecamatan menggerakkan kelurahan, dari kelurahan menggerakn RT/RW setempat yang kemudian menggerakkan warga ibu kota untuk sadar kebersihan, apakah tidak ada petugas kebersihan yang membuang sampah seperti di jalan-jalan besar itu??

Demikianlah rangkuman singkat tentang penilaian saya, seorang awan, seorang warga biasa untuk kotanya, DKI Jakarta. Akhir kata, I Love You Jakarta dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dengan segala dinamikanya. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun