Manusia merupakan makhluk sosial yang dianugerahi akal melalui akal tersebut manusia mampu berpikir tentang segala hal baik dalam segi cakupan materi maupun immateri, semuanya tidak luput menjadi objek yang dipikirkan. Melalui berpikir pula mampu mengidentifikasikan semua objek materi yang ada di sekitarnya (Sirojudin & Ashoumi, 2020). Manusia adalah makhluk yang sempurna dalam ciptaannya, kesempurnaan tidak hanya dalam aspek tubuh tetapi juga aspek psikologis atau jiwa, kesempurnaaan dalam dua aspek ini merupakan tanda dari tanda tanda kebesaran allah pada manusia, oleh karna itu di dalam al-quran berbagai perintah dan anjuran bagi manusia untuk memperhatikan dirinya. Al-quran mengatakan “Dan (juga) untuk dirimu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami, ilmu psikologi yang secara epistemic diangkat dari realitas dan bersifat empiris belum mampu memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai alasan manusia hidup. Sebab tidak mungkin menjelaskan secara mekanistik dan kimiawi dimensi lain dari diri manusia yaitu, ruh atau jiwa. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui hakikat diri manusia adalah merujuk pada al-quran itu sendiri, karena kebenaran tentang hakikat manusia hanya dapat dipahami melalui kitabullah (Bay, 2022).
Manusia diciptakan oleh Allah SWT berbeda dengan makhluk lainnya, seperti malaikat, jin, dan hewan serta tumbuhan. Perbedaan inilah yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjadi pribadi yang sempurna atau pribadi yang terburuk. Disinilah sebagai cendikiawan muslim harus berpijak dari wahyu al-Quran untuk melihat multi dimensi manusia yang terdiri dari jasmani dan Rohani (psikis) dan tidak terpaku pada teori-teori non-islam yang cenderung mengalahkan unsur spiritual dalam diri manusia yang erat hubungannya dengan Tuhan. Manusia dengan berbagai dimensi yang ada tidak cukup dilihat sebagai suatu yang empiric, tetapi harus melihat seluruh dimensinya, baik jasmani maupun Rohani. Jiwa manusia merupakan suatu tempat berkumpulnya dimensi-dimensi jiwa lain, seperti qalb, emosi, keinginan dan lain-lain, sehingga biasa disebut “jiwa yang berpikir”. Pribadi manusia secara utuh juga dapat dilihat dan ditelaah melalui deep research terhadap petunjuk-petunjuk al-Quran agar dapat dirumuskan manusia sempurna atau manusia qur’ani (Arifin, 2016).
Menurut islam, hidup kita bukan hanya sekedar makan dan tidur Sahaja tetapi khalifah allah di atas muka bumi ini yang mana kita perlu melakukan amar makruf nahi mungkar demi akhirat nanti. Setiap amalan yang dilakukan di atas muka bumi ini dicatat dan dihitung pada hari pembalasan. Namun begitu, tidak semua yang mengetahui matlamat hidup, masih lagi ramai yang tercari cari indentiti mereka atau dengan kata lain apa yang mereka kerjakan. Oleh sebab itu mengenal diri sendiri adalah penting dan diperintahkan oleh allah untuk kita senantiasa tahu tujuan hidup kita (Amrina, 2021). Rasull sendiri mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah Langkah pertama dalam mengenal Allah SWT sebagai tuhan seluruh alam. Sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits berikut ini :
“ Barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal tuhannya, dan barang siapa yang mengenal tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.”
Dalam islam, mengenal diri sendiri adalah salah satu hal yang diperintahkan Allah SWT. Bahkan, Rasulluah SAW selalu mengingatkan bahwa mengenal diri sendiri adalah langah pertama mengenal Allah SWT sebagai tuhan seluruh alam. Menurut Hery Wibowo (2010) dalam muhamad alpin hascan. pengembangan diri adalah praktik mengajarkan diri sendiri hal hal positif guna mendorong diri untuk teraktualisasi sepenuhnya. Pengembangan diri merupakan kegiatan diluar akademik yang merupakan bagian vital dari kurikulim sekolah / madrasah dalam ranah Pendidikan.
Sebgaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini :
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.”
Dari Hadits tersebut kita bisa mengetahui bahwa mengenal diri sendiri sangatlah penting bagi manusia karena dengan mengenal dirinya sendiri sebagai manusia ciptaan Allah SWT, ia dapat mengenal Tuhannya atau penciptanya tersebut yakni Allah SWT. Seorang muslim perlu mengetahui unsur unsur yang Menyusun dirinya , apakah ia dibentuk dan apa saja yang ada pada dirinya. Pada dasarnya, manusia diciptakan oleh Allah SWT (Widaningsih, 2023).
Dua jenis unsur yakni unsur fisik atau jasmani dan unsur ruhani yakni jiwa atau ruh :
- Jasmani atau fisik
- Unsur Jasmani atau fisik adalah tubuh dimana jiwa seorang manusia hidup. Dengan fisiknyalah manusia melakukan segala aktifitasnya di dunia dan ia dikenali juga dari bentuk fisik dan rupanya. Allah SWT sendiri telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk dan lebih baik dibandingkan dengan makhluk lainnya sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini :
- لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS At Tin : 4)
Allah menciptakan manusia lengkap dengan jasadnya agar seorang manusia bisa dikatakan sebagai manusia karena tubuh atau raga tersebut adalah tempat dimana jiwa akan tinggal. Sementara setelah seseorang mati dan jiwanya meninggalkan tubuh maka jasadnya tidak lagi berguna bagi dirinya. (baca hukum ziarah kubur dan tatacara ziarah kubur).
- Ruhani atau Jiwa
- Manusia tidak disebut manusia jika ia tidak memiliki jiwa sehingga raga tanpa jiwa tidaklah berarti. Dengan demikian jiwa seorang manusia adalah sesuatu yang diciptakan Allah SWT untuk mendiami raga dan jiwalah yang mengendalikan hati dan pikiran seseorang (baca penyakit hati dalam islam dan obat hati dalam islam). Allah SWT meniupkan ruh saat seorang manusia masih berada dalam kandungan ibunya sebagaimana disebutkan dalam firman berikut ini :
- فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS Al Hijr : 29)
Cara Mengenali Diri Sendiri :
- Mengamati Diri Sendiri
- Seorang manusia hendaknya memperhatikan dirinya sendiri dan merenungi tujuan hidupnya dan mengetahui untuk apa ia diciptakan. Dengan mengamati dirinya sendiri seorang manusia bisa merasakan bahwa dalam dirinya ada jiwa yang bernaung dan tubuh adalah tempat dimana jiwa tersebut tinggal. Selayaknya seorang muslim juga bisa memanfaatkan segala anggota tubuhnya untuk melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT.
- Mengetahui hakikat penciptanya
- Manusia diciptakan dengan suatu tujuan dan hakikat tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam firman Allah berikut :
- وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).
- Bersyukur kepada Allah SWT
- Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT seorang manusia dapat mengenali dirinya dengan baik dan mengenal Allah SWT. Seseorang yang mensyukuri nikmat Allah tentunya akan senantiasa menyadari bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa dan segala yang ia miliki adalah milik Allah SWT. Perintah untuk mensyukuri nikmat Allah tersebut dijelaskan dalam ayat Alqur’an berikut
- وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنّ
- عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim : 7)
- Mengetahui peran dan kedudukannya
- Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikannya khalifah di muka bumi. Dengan demikian, seorang manusia yang mengenal dirinya senantiasa mengingat peran dan kedudukannya dimuka bumi sebagai khalifah atau pemimpin setidaknya bagi dirinya sendiri. Dengan mengingat perannya sebagai khalifah maka ia bisa memperlakukan orang lain dan alam sekitarnya dengan baik dan menjaga segala sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :
- وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Qs Al Baqarah : 30)
Dalam artikel ini membahas tentang bagaimana cara mengenali diri sendiri dalam Islam adalah proses yang melibatkan pemahaman mendalam tentang identitas spiritual dan hubungan dengan pencipta, Allah SWT. Ini tidak hanya sekedar mengenali karakteristik pribadi atau kepribadian, tetapi juga mencakup aspek-aspek berikut:
Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan mengikuti petunjuk-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mengenali diri sendiri dalam Islam berarti memahami bahwa hidup ini memiliki makna yang dalam dan bahwa setiap tindakan kita harus sejalan dengan kehendak Allah SWT. dalam Islam, terdapat konsep fitrah yang mengacu pada kecenderungan asli manusia untuk mengenal dan beribadah kepada Allah SWT. Mengenali diri sendiri melalui lensa fitrah berarti memahami bahwa ada kebutuhan batiniah yang harus dipenuhi agar kita bisa hidup secara harmonis dan bermakna. Islam mendorong umatnya untuk melakukan muhasabah, yaitu introspeksi diri secara berkala untuk mengevaluasi perbuatan, niat, dan perilaku kita. Ini adalah langkah penting dalam mengenali diri sendiri karena melalui muhasabah kita bisa menyadari kelebihan dan kelemahan kita serta memperbaiki diri di masa mendatang. Keempat, dalam Islam, terdapat konsep tazkiyah atau penyucian diri yang mencakup upaya untuk membersihkan hati dan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti kebencian, iri hati, dan keserakahan. Proses tazkiyah ini sangat penting dalam mengenali diri sendiri karena membantu kita untuk mencapai kesempurnaan spiritual dan menciptakan hubungan yang lebih dalam dengan Allah SWT.
Mengenali diri sendiri dalam Islam juga berarti memahami tujuan hidup kita, yaitu untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan ukhrawi dengan mengikuti ajaran Islam secara konsisten. Ini termasuk menjalankan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya sehingga kita bisa mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia ini dan akhirat. Dengan demikian, mengenali diri sendiri dalam Islam bukan hanya tentang memahami siapa diri kita secara pribadi, tetapi juga tentang memahami posisi kita dalam hubungan dengan Allah SWT dan bagaimana kita dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Daftar Pustaka
Amrina. (2021). Cara Mengenali Diri Menurut Islam. Daily Hijrah. https://dailyhijrah.com/cara-mengenali-diri-sendiri/
Arifin, Z. (2016). Dalam Perspektif Al-Qur ` an. Hikmah, XII(2), 337–352.
Bay, S. (2022). Mengenal Diri Dalam Al-Qur’an. Journal Islamic Studies, 1(1), 47–48.
Sirojudin, D., & Ashoumi, H. (2020). Aksiologi Ilmu Pengetahuan Manajemen Pendidikan Islam. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 182–195. https://doi.org/10.54437/alidaroh.v4i2.168
Widaningsih. (2023). Akhlak Muslim, Pentingnya Mengenal Diri Sendiri. Sindonews.Com. https://kalam.sindonews.com/read/1247043/70/akhlak-muslim-pentingnya-mengenal-diri-sendiri-1699499470
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI