Pipiku memerah
Jari manisku tampak menawan
Kedua orang tuaku saling berbangga
Dan kamu memenuhi ruang bahagiaku
Kala itu
Tentang kilas waktu
Aku yang terperangkap muara jiwamu
Kamu merajai janiji manis naluriku
Semua mawar telah ku musnahkan
Terbakar bersama tangisan
Kebodohanku atas janji manis
Yang berakhir pada penyesalan
Jari manisku kini tampak kokoh
Kuat dari terpaan kepalsuan
Atas rasa yang kau sandarkan
Ternyata itu hanya bualan
Karena janjimu itu hanya gonggongan
Yang menipu hatiku
Meregas asaku
Meredam mimpiku
Karena tabiat gilamu
Kilas waktu menamparku
tentang penghambaanku
Mendamba cinta pada dirimu
yang penuh bualan berujuang kepergian
Kilas waktu
Aku membencimu
seperti mawar yang redup
aku menanti senja baru
yang meneduhkan
yang berjani berjuang
merajut tinta hidup sampai ke tujuan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H