"Permintaan furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 51,02 miliar USD pada tahun 2022. Meskipun angka ini baru mencapai 6.7% dibandingkan dengan permintaan furnitur secara keseluruhan, yakni sebesar 766 miliar USD," ucapnya.
Karena itu, potensi ini perlu terus dikembangkan, bersinergi dengan semua pemangku kepentingan di dalam negeri, dan tentu saja berkolaborasi dengan dunia internasional yang saling menguntungkan.
Dalam kesempatan itu, MenkopUKM Teten Masduki menyampaikan pemerintah berkomitmen mendukung pertumbuhan wirausaha baru yang ramah lingkungan terutama di bidang furnitur dan kerajinan. Â Ia menilai potensi pertumbuhan wirausaha ramah lingkungan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan hasil riset KemenKopUKM dan UNDP tahun 2021 menunjukan sebanyak 84 persen pelaku usaha (termasuk di sektor UMKM) tertarik pada bisnis ramah lingkungan.
Di sisi lain, sebanyak 58 persen pelaku usaha memulai bisnis untuk memperbaiki lingkungan, dan 56 persen memproduksi pakaian ramah lingkungan, produk rendah karbon, dan sistem pengurangan limbah.
"Kami berkomitmen untuk terus mendukung industri furnitur dan kerajinan agar dapat berkembang secara berkelanjutan. Kami percaya kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga terkait akan membawa kita menuju masa depan yang lebih baik," ucapnya.
Salah satu dukungan yang diberikan  yaitu dengan membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) komoditas rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. RPB ini bertugas mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi (Fitrit, Poles) dan Furnitur.
RPB juga dibangun di Labuan Bajo, NTT untuk memproduksi bambu laminasi sebagai bahan pengganti kayu. Bersama Pemerintah Daerah NTT, KemenKopUKM telah membudidayakan bambu di lahan seluas 100 ribu hektare.
"Bersama Pemda kita akan kembangkan menjadi sekitar 100 ribu hektare lahan untuk budidaya bambu. Ini potensi yang sangat besar untuk mengembangkan dan memproduksi timber untuk furnitur," kata Teten.
Pasok Kebutuhan Furnitur di IKN