Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki membuka secara resmi pertemuan tahunan ke-25 Dewan Asosiasi Furnitur Asia atau Council of Asia Furniture Associations (CAFA) sekaligus membuka konferensi "Promoting Sustainable Furniture Ecosystem Leading to Net Zero Emission".
CAFA memilih Indonesia sebagai tuan rumah, dan ASMINDO atau Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia sebagai host. Adalah suatu kehormatan dan pengalaman pertama bagi Indonesia, sejak CAFA berdiri 30 tahun lalu.
Kegiatan CAFA annual general meeting ini dilaksanakan pada 27--28 Februari 2024 di Hotel Vivere, Gading Serpong, Tangerang, diikuti oleh 32 delegasi anggota CAFA yang berasal dari 10 negara Asia.
Dalam kesempatan itu, MenkopUKM Teten Masduki turut menyaksikan penandatanganan MoU antara ASMINDO dan CNFA (China National Furniture Association) mengenai "bamboo as a substitute for plastics in Asian furniture industries". Â MoU ini dalam rangka menuju green furniture atau furnitur ramah lingkungan dan menuju net zero emission pada 2060.
Sebagaimana diketahui China adalah adalah yang terbesar dalam hal furnitur yang mencapai 200 miliar RMB/renmimbi atau Yuan Tiongkok. Karena itu, Indonesia ingin belajar dari China dengan harapan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan dapat meningkatkan angka eksport furnitur Indonesia.
Terdapat enam bidang kerja sama yang terkandung dalam MoU tersebut
yaitu  pertukaran informasi di industri furnitur, kolaborasi branding, program pelatihan profesional, pasokan material penunjang industri, aktivitas pengembangan berkelanjutan, dan investasi.
Ketua umum ASMINDO Dedy Rochimat menyampaikan Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat pengembangan dan produksi furnitur dunia. Terlebih Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah yang tersebar di 17 ribu pulau dengan lebih dari 1.300 suku bangsa dan 720 bahasa daerah.
Selain itu, Indonesia memiliki bahan baku industri furnitur yang berkelanjutan, budaya yang sangat kaya, keunikan desain furnitur berbasis kearifan lokal dan didukung dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.
Tidak heran, ke depan tren furnitur dunia mengarah pada furnitur ramah lingkungan, sehingga permintaan akan furniture ramah lingkungan mengalami pertumbuhan yang signifikan.
"Permintaan furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 51,02 miliar USD pada tahun 2022. Meskipun angka ini baru mencapai 6.7% dibandingkan dengan permintaan furnitur secara keseluruhan, yakni sebesar 766 miliar USD," ucapnya.
Karena itu, potensi ini perlu terus dikembangkan, bersinergi dengan semua pemangku kepentingan di dalam negeri, dan tentu saja berkolaborasi dengan dunia internasional yang saling menguntungkan.
Dalam kesempatan itu, MenkopUKM Teten Masduki menyampaikan pemerintah berkomitmen mendukung pertumbuhan wirausaha baru yang ramah lingkungan terutama di bidang furnitur dan kerajinan. Â Ia menilai potensi pertumbuhan wirausaha ramah lingkungan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Berdasarkan hasil riset KemenKopUKM dan UNDP tahun 2021 menunjukan sebanyak 84 persen pelaku usaha (termasuk di sektor UMKM) tertarik pada bisnis ramah lingkungan.
Di sisi lain, sebanyak 58 persen pelaku usaha memulai bisnis untuk memperbaiki lingkungan, dan 56 persen memproduksi pakaian ramah lingkungan, produk rendah karbon, dan sistem pengurangan limbah.
"Kami berkomitmen untuk terus mendukung industri furnitur dan kerajinan agar dapat berkembang secara berkelanjutan. Kami percaya kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga terkait akan membawa kita menuju masa depan yang lebih baik," ucapnya.
Salah satu dukungan yang diberikan  yaitu dengan membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) komoditas rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. RPB ini bertugas mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi (Fitrit, Poles) dan Furnitur.
RPB juga dibangun di Labuan Bajo, NTT untuk memproduksi bambu laminasi sebagai bahan pengganti kayu. Bersama Pemerintah Daerah NTT, KemenKopUKM telah membudidayakan bambu di lahan seluas 100 ribu hektare.
"Bersama Pemda kita akan kembangkan menjadi sekitar 100 ribu hektare lahan untuk budidaya bambu. Ini potensi yang sangat besar untuk mengembangkan dan memproduksi timber untuk furnitur," kata Teten.
Pasok Kebutuhan Furnitur di IKN
Di sisi lain, Teten Masduki juga meminta ASMINDO untuk memenuhi kebutuhan furnitur hunian dan perkantoran di Ibu Kota Nusantara (IKN). Kebutuhan akan furnitur sangat besar. Teten berharap kebutuhan tersebut dapat diisi dengan furnitur dalam negeri.Â
Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan turut memberi peluang bagi para pelaku usaha UMKM furnitur. Secara nilai, UMKM furnitur memiliki peluang bisnis memasok barang perabotan untuk perkantoran dan perumahan di IKN hingga Rp100 triliun.Â
"ASMINDO saya rasa mampu untuk memenuhi kebutuhan ini mengingat anggota ASMINDO berada dalam berbagai skala dan berbagai jenis kebutuhan. Pelaku usaha lokal memiliki semua furnitur yang berkualitas untuk diisi ke hunian dan perkantoran di IKN," ucap Teten.
Menurut Teten, ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku di industri mebel untuk menyediakan berbagai furnitur yang dibutuhkan di IKN. IKN menjadi salah satu pangsa pasar yang bisa dituju oleh pelaku furnitur UMKM.
Menanggapi hal ini. Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya secara bertahap tengah menyiapkan kebutuhan furnitur di IKN. Para pengusaha lokal sudah diminta untuk membuat mock up (model desain) furnitur agar dapat dilihat secara langsung.
"Mereka punya perumahan ASN, perkantoran, rumah menteri, kementerian, kan akan pindah ke sana. Kita berusaha sebaik-baik mungkin, ini masih berproses, karena ini kan jangka panjang. Kami optimis untuk memenuhi kebutuhan tersebut," kata Dedy.
Dedy memproyeksikan, nilai transaksi untuk pengadaan barang dan jasa dari Otorita IKN mencapai Rp500 triliun. Jika 20 persen dari angka tersebut bisa dipakai untuk pengadaan mebel dari sektor UMKM berupa interior dan furnitur. Anggarannya bisa sekitar Rp100 triliun.
Wakil Ketua Otorita IKN Dhony Rahajoe, yang hadir dalam kesempatan itu memyampaikan, furnitur yang dibuat tidak saja harus berkualitas dan berdaya saing. Melainkan juga harus memenuhi kriteria IKN yang akan menjadi Smart and Sustainable Forest City.Â
"Mebel yang diproduksi harus secara ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat diterima. Karena gedung yang ada di IKN harus secara dominan pohon bukan beton," ujar Dhony.
Chairman of Council of Asia Furniture Associations (CAFA) Xu Xiangnan menambahkan, menjalankan usaha berkelanjutan menjadi suatu keharusan demi masa depan umat manusia. Karena itu CAFA siap menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah, organisasi industri, dan perusahaan komersial untuk tumbuh bersama di kawasan Asia Pasifik.
"Kami berupaya mewujudkan gagasan pembangunan ramah lingkungan dan rendah karbon untuk menjadikan industri furnitur Asia sebagai contoh yang baik dalam menerapkan inisiatif bambu sebagai pengganti plastik," katanya.
Karena itu, dalam rangka pemanfaatan bambu dan rotan sebagai bahan utama, para delegasi CAFA pun menandatangani sebuah kesepakatan/inisiatif mengenai "Bamboo as Substitute for Plastics in Asia".
Dalam kesempatan itu juga disampaikan guna mendorong promosi dan pemasaran produk furnitur dan kerajinan, ASMINDO akan kembali menggelar pameran IFFINA, pada 14 -- 17 September 2024 di ICE, BSD, Tangerang, Banten.
IFFINA adalah pameran skala internasional yang menampilkan produk-produk furnitur dan kerajinan Indonesia. Tema yang diusung yaitu Sustainable by Design untuk mendorong praktik keberlanjutan dan perhatian kepada lingkungan dalam industri furnitur.
IFFINA 2024 adalah penyelenggaraan yang ke-12 kalinya oleh ASMINDO. IFFINA akan menjadi showcase bagi produk-produk furnitur, kerajinan, homeware, home fabric, dan aksesori dekoratif bagi para produsen Indonesia, terutama usaha kecil dan menengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H