Bisa saja kan apa yang saya dapati di rumah berbeda dengan di sekolah. Informasi ini bisa saya gali melalui wali kelasnya atau teman-teman sekelasnya. Syukurlah, saya cukup mengenal teman-teman anak saya.Â
Saya juga menyimpan nomor kontaknya. Jadi, kalau ada apa-apa saya bisa menghubungi teman-temannya. Kebetulan anak saya sering cerita tentang teman-temannya. Beberapa juga sering main ke rumah karena beberapa ada yang sudah berkawan sejak SD.
Mengambil raport anak juga sebagai bentuk perhatian saya sebagai orang tua terhadap pendidikan anak-anak saya. Saya tidak ingin anak saya kecewa jika bukan saya sendiri yang mengambil raport. Juga sebagai bentuk dukungan saya atas apa yang sudah dicapainya selama pembelajaran.
Saya juga tidak menuntut anak saya harus juara. Terpenting anak saya rajin sekolah, giat belajar, dan tidak melewatkan tugas-tugas dari sekolah. Tidak juga melanggar tata tertib sekolah dan displin. Bagi saya itu sudah cukup. Kalau dapat juara, itu sebagai bonus saja.
Kehadiran saya untuk mengambil raport anak juga sebagai bentuk sinergi orang tua dengan pihak sekolah, khususnya wali kelas. Di sini, akan terjalin komunikasi antara saya  dan guru kelas atau wali kelas. Sinergi ini, menurut saya, akan cukup membantu anak saya selama menempuh pendidikan dan dalam menggapai cita-citanya.
Orang tua yang hadir saat pengambilan raport juga diyakini dapat membantu membangun keterlibatan emosional antara orang tua dan anak. Sehingga tercipta lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak pun merasa didukung dalam perjalanan pendidikannya.
Selain itu, saya juga bisa berkenalan lebih jauh dengan para wali murid yang lain. Karena belum tentu semua orang tua murid saya kenal. Dalam satu kelas itu, mungkin hanya beberapa saja yang saya kenal. Â Dengan saling mengenal, tentu akan semakin memudahkan untuk saling berkoordinasi terkait kegiatan pendidikan anak-anak.
Begitulah beberapa pandangan saya mengapa orang tua harus mengambil raport anaknya, dan betapa pentingnya moment ini.
Ok, akhirnya saya sampai juga di Stasiun Depok Lama pukul 9.45 WIB. Anak kedua saya yang menjemput, kebetulan wali kelasnya sudah sounding-sounding di group, bahwa ananda juga harus diajak serta. Tumben. Biasanya sih siswa yang meraih "peringkat" 10 besar saja yang diminta ke sekolah.
Sampailah saya di sekolah si bungsu di SDN Depok 1, Kecamatan Pancoran Mas. Kebetulan tidak begitu jauh dari Stasiun Depok Lama, mungkin sekitar 1 km. Sepertinya saya adalah wali murid paling akhir datang.