Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wapres Republik Islam Iran Dr. Ensieh Khazali Kunjungi Kowani

22 Desember 2023   21:52 Diperbarui: 22 Desember 2023   22:19 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wapres Republik Islam Iran Dr. Ensieh Khazali bersama Ketum Kowani Dr. Giwo Rubianto Wiyogo (dokpri)

Peringatan Hari Ibu ke-95 menjadi momen bersejarah bagi  Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Organisasi federasi yang membawahi 103 organisasi perempuan di Indonesia itu mendapat kunjungan tamu kehormatan, yang juga tamu penting.

Wakil Presiden untuk Urusan Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran Dr. Ensieh Khazali, Jumat 22 Desember 2023, berkesempatan mengunjungi Kowani di Rumah Perjuangan Kowani, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Tidak begitu jauh dari gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Kunjungan ini menjadi teramat spesial karena bertepatan juga dengan HUT ke-95 Kowani. Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo menyambut langsung Dr. Ensieh Khazali. Turut hadir jajaran DPP Kowani, para staf ahli dan penasehat, serta perwakilan 103 organisasi perempuan dan pengurus yayasan milik Kowani.

Bagi Dr. Ensieh Khazali, yang juga seorang akademisi dan politisi, kunjungannya ke Rumah Perjuangan Kowani adalah yang kedua kalinya. Menurutnya, ada kesamaan visi dengan Kowani, yaitu bagaimana memberdayakan perempuan dan anak untuk menjadi lebih sejahtera.

Ia menyebutkan sekitar 60% penduduk Iran yang menamatkan sarjana adalah perempuan. Karena itu, ia begitu gencar menyuarakan pemberdayaan dan kesejahteraan perempuan di Iran. Ia berpendapat potensi perempuan Iran sangat besar dalam memajukan keluarga dan bangsa. Terlebih jika perempuan memiliki usaha yang dikelolanya.

Ensieh Khazali menyampaikan kunjungannya ke Indonesia, khususnya ke Kowani  untuk mengenalkan lebih banyak berbagai kemajuan yang dicapai oleh perempuan Iran. Meski demikian, Iran juga ingin belajar dari berbagai program pemberdayaan perempuan Indonesia, mengingat dalam banyak hal, kedua negara memiliki banyak persamaan.

"Saya merasa banyak persamaan antara Iran dan Indonesia khususnya dalam berbagai hasil karya dari UMKM, budaya dan seni. Saya melihat poduk dari industri kerajinan, ukiran dan rajut yang dikerjakan oleh perempuan Iran dan Indonesia memiliki banyak kesamaan," katanya.

Dr Ensiyeh memandang perlunya digelar pameran industri bersama yang menggabungkan potensi perempuan Indonesia dengan perempuan Iran. Untuk jangka pendek bisa dengan menggelar expo bersama melalui virtual untuk memamerkan produk unggulan masing-masing negara terutama sektor UMKM.

Pameran secara virtual tersebut juga bisa sambil mempersiapkan pameran yang digelar secara offline. Karena pameran secara offline harus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan pihak bea cukai masing-masing negara.

Selain itu, Dr Ensiyeh juga mengusulkan perlunya jerjasama di bidang sosial dan kemanusiaan mengingat banyak sekali persoalan yang menimpa perempuan secara umum. Salah satunya masalah keamanan bagi perempuan Palestina yang setiap hari harus menghadapi situasi yang tidak aman dan nyaman.

"Kita sebagai perempuan harus menghentikan kebrutalan yang menimpa perempuan Palestina baik melalui tulisan, ucapan, melaporkan atau mendesak organisasi internasional untuk menghentikannya," tandas Dr Ensiyeh.

Sebelumnya, bertempat di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dr. Ensiyeh juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga. MoU ini tentang Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Ketahanan Keluarga.

Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto (Dokumem pribadi)
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto (Dokumem pribadi)

Sementara itu, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto begitu terharu atas kunjungan Wakil Presiden untuk Urusan Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran. Giwo tidak menduga harapannya agar Dr Ensiyeh Khazali berkunjung ke Kowani akhirnya bisa terealisasi.

Harapannya ini ia sampaikan saat Giwo mengunjungi Iran pada event International Congress for Women Influence (ICWI) di Teheran Iran pada Januari 2023. Giwo berpandangan kunjungan Dr Ensyieh sebagai tokoh perempuan pemberdayaan perempuan dan anak Iran sangat penting dan strategis bagi Kowani.

"Kowani dan Iran bisa saling bertukar pendapat dan pengalaman bagaimana pemberdayaan perempuan dan anak sehingga membuat mereka menjadi lebih sejahtera," ucap Giwo.

Giwo menyebutkan sejatinya Kowani sudah menjalin kerjasama dengan Iran. Pada 2019, misalnya,  bersama kedutaan Iran Kowani mengadakan sosialisasi dan edukasi terkait pendidikan, kesehatan dan kemajuan perempuan Iran yang diikuti lebih dari 1000 perempuan melalui aplikasi zoom.

Karena itu, Giwo berharap hubungan kerjasama yang sudah terjalin ini baik secara organisasi maupun pemerintahan akan terus berlanjut bahkan semakin meningkat. Mengingat banyak kesamaan dalam berbagai hal antara perempuan Indonesia dan perempuan Iran.

"Dua pekan lalu kami juga hadir pada acara Global Peace Foundation sebagai kelanjutan pertemuan di Filipina untuk mendukung perempuan sebagai agen perdamaian," ungkap Giwo.

Giwo menjelaskan Kowani adalah organisasi federasi yang membawahi 103 organisasi perempuan di Indonesia. Ini adalah organisasi perempuan terbesar dan tertua di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai 97 juta perempuan.

Ia melanjutkan, ditetapkannya Hari Ibu pada 22 Desember adalah bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah terhadap perjuangan perempuan Indonesia. Karena itu, Hari ibu diperingati bertepatan dengan lahirnya Kowani. 

Kowani (dulu Kongres Perempuan Indonesia) sendiri lahir pada 22 Desember 1928, tiga bulan setelah Kongres Pemuda yang menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Penetapan Hari Kebaya Nasional pun demikian. Bertepatan dengan moment Kongres Perempuan Indonesia ke-10 pada 1964. Saat itu, sebanyak 7.500 perempuan yang hadir di Istora Senayan, mengenakan kebaya. Dari momen ini maka dijadikan rujukan bagi pemerintah untuk menetapkan Hari Kebaya Nasional.

Kiprah Kowani dalam perjalanan sejarah perjuangannya sudah tidak terhitung. Baik itu di tingkat nasional, maupun regional bahkan internasional. Sebut saja menjadi salah satu inisiator ACWO pada 1981, anggota international council of women sejak 1973.

Selain itu, menjadi anggota UN Ecosof pada 1998, menjadi chair Women 20 pada 2022, dan menjadi business professional women inernational.

Dalam kesempatan tersebut delegasi Iran juga melihat berbagai produk kerajinan yang dihasilkan perempuan Indonesia seperti kain batik dan kain ecoprint. Melihat lebih dekat bagaimana proses membatik pakai canting.

Berfoto bersama sebelum meninggalkan Kowani (Dokumen pribadi)
Berfoto bersama sebelum meninggalkan Kowani (Dokumen pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun