Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serumah tapi Tak Sejiwa

15 Desember 2023   11:40 Diperbarui: 15 Desember 2023   12:01 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus lainnya, ada seorang isteri sebulan setelah menikah menggugat cerai suaminya karena ternyata suaminya hanya bergaji Rp3 juta.

Ada juga kasus seorang suami membunuh isterinya yang kemudian dicor di dalam rumah. Setelah tiga tahun kemudian baru diketahui orang yang dinyatakan hilang itu telah dibunuh oleh suaminya sendiri.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

"Ini real Bu. Bukan di Amerika tapi di Indonesia," ucap Founder Cinta Quran Foundation ini.

Menurut ustadz, kasus-kasus tersebut hanyalah segelintir dari sekian banyak kasus. Menjadi pertanda "sejiwa tapi tak serumah". Salah satu cirinya adalah kurang atau tidak adanya komunikasi antara suami dan istri, juga dengan anak-anak atau anggota keluarga lainnya.

"Rumah tangga yang jarang ngobrol itu ciri-ciri jiwanya sudah mulai ngga sama. Ciri lainnya yaitu tingginya tingkat ketidakpedulian dan kesedihan yang terjadi di dalam rumah tangga. Mereka berumah tangga untuk saling menyakiti," tegas Ustadz Fatih.

Fisik saling berdekatan tapi jiwa saling berjauhan karena pikiran lebih kepada orang di luar rumahnya. Salah satunya lewat gadget. Pada faktanya mereka memang anggota keluarga, tapi ketika hati tidak terpaut, jiwa tidak terikat, maka terjadilah "serumah tapi tak sejiwa".

Suami yang tidak memiliki perasaan yang kuat terhadap istri sebatas hanya untuk pelampiasan syahwat. Sebagian besar mungkin laki-laki saat pulang memandang istrinya lebih kepada objek pelampiasan syahwat.

Tapi untuk kebutuhan emosional ternyata jiwa sudah terputus dari interaksi dengan pasangannya, dan beralih kepada orang lain. Seorang istri kecewa lahir dan batin pun melayani suami sebatas hubungan "transaksional" karena tidak memiliki keuangan secara personal.

Demikian juga anak-anak yang tidak memiliki kesejiwaan khusus dengan orangtuanya, yang lebih asyik kepada orang lain. Anak-anak yang tertutup, jarang bicara atau ngobrol.

Banyak orangtua yang terkaget-kaget mendapat laporan bahwa anaknya begini, anaknya begitu. Tiba-tiba didapatinya anaknya hamil di luar nikah, melahirkan saat ujian di sekolah, dibawa kabur dengan lelaki tidak bertanggung jawab, dan banyak lagi kasus lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun