Flife Indonesia mengajak lebih dari 200 konsumen setianya nobar alias nonton bareng film "Air Mata di Ujung Sajadah". Kebetulan, Titi Kamal yang menjadi pemeran utama film itu belum lama ini didapuk sebagai Product Ambasador perusahaan tersebut.
Nobar menjadi momen Flife Indonesia memperkenalkan Product Ambasador kepada konsumennya. Artis multitalenta ini sebagaimana diketahui sudah lama berkecimpung di dunia seni peran dan model sejak tahun 2000-an.
Isteri dari aktor tampan Chritian Sugiono ini sudah banyak membintangi layar lebar. Sebut saja Ada Apa Dengan Cinta, Ada Apa Dengan Cinta 2, Makmum, Mendadak Dangdut, dan masih banyak lagi. Pernah juga merilis banyak single lagu.
Dalam acara yang bertemakan #flifenobartitikamal, Titi Kamal berkesempatan berfoto bersama dengan para penonton, yang kebetulan konsumen Flife. Momen ini tentunya menjadi momen  yang tidak terlupakan oleh para penonton yang hadir.
"Diharapkan dengan memperkenalkan Titi Kamal sebagai Product Ambassador, merek Flife akan semakin dikenal oleh para pengguna elektronik. Khususnya kaum ibu atau siapa saja yang memiliki hobi memasak," kata Catrin, Marketing & Branding Manager Flife Indonesia, di sela kegiatan nobar, di XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Oktober 2023.
Dikatakan, dipilihnya Titi Kamal  tidak hanya didasarkan latar belakangnya sebagai aktris, namun juga karena perannya sebagai ibu dari 2 anak dari pernikahannya dengan Christian Sugiono.
Perusahaan juga melihat bagaimana kedekatan hubungan sang artis dengan anak dan keluarga mampu menginspirasi yang lain menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Â
Catrin menyampaikan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang elektronik rumah tangga, pihaknya akan terus meningkatkan relasi yang kuat untuk menjalin hubungan yang baik dengan para konsumennya.
Nilai moral film 'Air Mata di Ujung Sajadah'
Titi Kamal menyampaikan banyak pesan moral dari film drama keluarga yang ditulis oleh Titen Watttimena, itu. Bahkan, pesan moral ini menjadi "quote" yang banyak dikutip masyarakat penonton Indonesia. Bisa jadi, karena sarat dengan pesan moral, film ini banyak disukai.
Sejak awal dirilis pada 7 September 2023 hingga sekarang, film ini masih tayang di bioskop-bioskop Tanah Air. Jumlah penontonnya malah tembus di angka 3 juta. Karena itu, Titi Kamal sangat bersyukur, film yang disutradarai oleh Key Mangunsong ini disukai masyarakat Indonesia.
"Banyak banget ini pesannya. Benar-benar full pesan moral. Banyak dialog yang menjadi quote penonton," kata Titi Kamal yang memerankan tokoh Aqilla, saat ditemui di sela kegiatan nobar.
Adapun pesan moral yang dimaksud, yaitu 'apapun yang terjadi pada hidup kita, jangan pernah mengotori hati nurani kita'. Ada juga 'segala sesuatu yang memang sudah digariskan ke kita, ke manapun dia pergi, pasti akan kembali ke kita, kalau memang sudah digariskan untuk kita'.
"Dan ikhlas, pengorbanan seorang ibu juga bagus banget di film ini. Cinta untuk mamah, cinta untuk anak. Jadi, film ini benar-benar mewakili, related banget untuk pasangan pejuang garis dua, untuk yang kangen ayah, kangen ibu. Pokoknya ini family banget," ucap ibu dua putra ini.
Selain dibintangi Titi Kamal, film yang berdurasi 1 jam 45 menit ini juga menampilkan Fedi Nuril, Citra Kirana, Faqih Alaydrus, Krisjiana Baharudin, Tutie Kirana, Mbok Tun, dan legenda film Indonesia Jenny Rahman.
Alur cerita yang menarik
Film ini bercerita tentang perebutan anak bernama Baskara yang diperankan Faqih Alaydrus. Perebutan antara ibu kandung dan ibu asuh. Aqilla, yang diperankan Titi Kamal, baru mengetahui jika anak yang dilahirkan dari rahimnya masih hidup.
Selama 7 tahun sang ibu, Halimah yang diperankan Tutie Kirana, membohonginya, dengan mengatakan anak yang dilahirkannya sudah meninggal.
Nyatanya, anak itu diserahkan kepada pasangan suami isteri bernama Arif dan Yumna (diperankan oleh Fedi Nuril dan Citra Kirana).
Hal itu dilakukan karena sang ibu tidak merestui pernikahan anaknya dengan lelaki pilihan Aqilla, Arfan yang diperankan Krisjiana Baharudin. Anak itu pun dibesarkan Arif dan Yumna di Solo.
Arif sendiri adalah anak dari salah satu pegawai yang bekerja pada perusahaan keluarga Aqilla. Pasangan ini bertahun-tahun menikah tapi belum memiliki anak, cucu yang sangat dinantikan sang Eyang yang diperankan Jenny Rahman.
Aqilla dipisahkan dari anak kandungnya, karena bayi tersebut lahir dari pernikahan yang tidak direstui. Suami Aqilla sendiri meninggal dunia, karena mengalami kecelakaan di saat Aqilla hamil tua.
Ketika Aqilla berada di Eropa menggeluti bisnisnya di bidang desain interior, ia mendapat kabar jika sang ibu tengah dirawat di rumah sakit. Ia pun terbang ke Indonesia dan menemui sang Ibu yang sedang dirawat di rumah sakit. Karena tidak ingin menyimpan rahasia yang akan membuat matinya tidak tenang, akhirnya sang ibu menceritakan yang sesungguhnya.
Di sinilah, konflik pun bermunculan. Mulai dari Aqilla mencari Arif, membuntuti Arif, hingga bertamu ke rumahnya. Arif yang mencoba menghindar. Aqilla yang mulai mencoba mendekati Baskara hingga membangun kehangatan dan akhirnya dipanggil Ibu.
Namun, akhirnya Aqilla memutuskan untuk membiarkan Baskara diasuh oleh Arif dan Yumma. Meski Baskara lahir dari rahimnya, namun ia menyadari, Arif dan Yumma-lah yang sudah merawat dan memberinya kasih saya, dari masih bayi.
Memang darah dan daging Aqilla ada dalam diri Baskara, namun di sana juga ada keringat dan airmata Yumna. Terlebih Baskara juga sudah begitu lekat dengan orang tua asuhnya. Aqilla akhirnya mengikhlaskan.
Akhir dari film ini ditutup dengan kedatangan Baskara dewasa ke kediaman Aqillaa, yang kemudian memanggilnya "mama".
Film "Air Mata di Ujung Sajadah" yang proses penulisan naskahnya membutuhkan waktu lima tahun itu, menjadi debut penyanyi Nafa Urbach sebagai produser.
Memberikan solusi
Secara keseluruhan film tidak saja dikemas dengan apik, tetapi juga diberikan solusi terkait perebutan anak atau hak asuh anak. Menyelesaikan masalah tanpa harus menambah masalah baru.
Sepertinya, film ini perlu juga ditonton oleh mereka yang memiliki kasus serupa. Mereka yang tengah berjuang memperebutkan anak. Karena penyelesaian masalah yang tanpa harus "ribut-ribut" nyatanya bisa menjadi jalan keluar. Tidak harus ngotot-ngototan di pengadilan. Tanpa harus berlarut-larut.
Jika penyelesaian masalah ini dilakukan dengan pendekatan dari hati ke hati dan juga mengedepankan perasaan anak, maka akan didapatkan jalan keluar yang win-win solution. Anak pun tidak menjadi korban dari masalah perebutan anak ini.
Akhirnya, semuanya jadi happy ending. Aqilla happy, Arif dan Yumna happy, Baskara happy, tentu saja penonton juga ikut happy, keluarga Indonesia juga happy.
Meski film ini sangat menarik, namun bukan berarti "tanpa cela". Dari judulnya "Air Mata di Ujung Sajadah" seharusnya tergambarkan aktivitas shalat yang lebih sering atau lebih intens. Tapi di film ini, adegan shalat hanya terlihat sekali saja. Selebihnya tidak. Jadi, ya agak aneh saja. Tidak berkorelasi positif dengan judulnya.
Namun, so far is ok...!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI