Seorang istri harus bekerja sesuai dengan kemampuannya dan harus memberdayakan potensi yang sudah ada sejak lahir. Perempuan yang memiliki penghasilan dan mandiri dapat mengantisipasi kondisi terburuk yang terjadi.
Ada beberapa alasan mengapa isteri harus memiliki penghasilan. Pertama, kalau suami tiba-tiba sakit dan tidak mampu lagi bekerja, isteri masih mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
"Kita tidak tahu misalnya di tengah jalan suami terkena stroke, misalnya. Kalau Anda tidak punya penghasilan bisa jadi Anda ikut terkena stroke. Kalau kita, para isteri punya penghasilan, minimal berpikir untuk makan ada," tutur Mamah Dedeh.
Kedua, kalau suatu saat diceraikan oleh suami, isteri sanggup membiayai hidupnya sendiri. Ketiga, kalau suami tiba-tiba meninggal dunia, isteri mampu menanggung biaya hidup anak-anaknya.
"Meski semasa hidupnya suami begitu baik, menafkahi, memberinya kecukupan uang, tidak selingkuh, tapi setelah suami meninggal pasti kondisi tidak akan sama lagi," tegas ustadzah kondang ini.
Alasan keempat, kalau suami kehilangan pekerjaan, isteri masih mampu mencukupi kebutuhan keluarga sampai suami mendapatkan pekerjaan baru. Kelima, penghasilan isteri bisa membantu suami menopang perekonomian keluarga.
Keenam, isteri bisa membeli apapun yang menjadi kebutuhan pribadinya, tanpa harus meminta uang pada suami.
"Menjadi isteri yang mandiri, bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak kita. Saya sebagai orang tua mengajak Anda semua, yuk kita bekerja. Apapun itu selama itu halal, jalani. Tidak usah pikirin apa kata orang. Tidak ada urusan. Ayo bangun, bangkit. Jangan mengasihani diri sendiri," ucapnya.
Mamah Dedeh sendiri mengaku sejak 1970an dirinya berjualan apa saja agar bisa punya penghasilan sendiri. Mulai dari jual kaos kaki, perabotan, elektronik, aquarium, hingga mobil. Sejak berjualan itu, ia mengaku memiliki penghasilan empat kali lipat dari penghasilan yang biasa ia dapatkan.
Setelah memberikan tausyiah, para jamaah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa saja. Ada yang bertanya tentang kurban, zakat fitrah, suami yang "berbohong" mengenai masalah keuangan, mertua yang tidak adil, dan lain sebagainya.
Kajian yang dimulai pada pukul 8.30 itu berjalan sukses hingga pukul 11.00 Wib. Dilanjutkan dengan berfoto bersama. Sayang, tidak semua jamaah berkesempatan untuk berfoto bersama Mamah Dedeh mengingat usia Mamah Dedeh yang tidak lagi muda alias lanjut usia.