Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kajian Muslimah PKK RW 07 Permata Depok Hadirkan Mamah Dedeh, Berikut Tausyiahnya

6 Mei 2023   19:28 Diperbarui: 6 Mei 2023   20:26 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sabtu 6 Mei 2023, bertempat di Masjid Al Ihsan, PKK RW 07 Permata Depok mengadakan kajian muslimah. Hadir sebagai narasumber, Mamah Dedeh, sosok yang akrab dengan jargon "curhat dong mah". Tema yang diangkat "Halalbihalal membangun solidaritas dan keharmonisan".

Kajian muslimah ini menjadi puncak kegiatan halalbihalal di lingkungan RW 07. Tentunya dihadiri para jamaah perempuan dari 12 RT yang berada di RW 07, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Masjid Al Ihsan penuh disesaki jamaah dan menjadi "lautan" manusia.

Apa itu halalbihalal? Menurut Ustadzah bernama lengkap Dra. Hj. Dede Rosidah, halalbihalal itu bukan berasal dari bahasa Arab. Orang Arab justru tidak mengenal kata halalbihalal. Istilah ini, kata Mamah Dedeh, diperkenalkan oleh Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia.

Kebetulan saat itu, hari Kemerdekaan RI berdekatan dengan hari Idulfitri. Bung Karno memperkenalkan istilah ini sebagai bentuk cara silaturahmi. Pada Hari Raya Idul Fitri 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.'

Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal. Masyarakat kemudian mengadakan kegiatan halalbihalal sehingga menjadi tradisi yang tetap ada hingga sekarang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Halalbihalal merajut silaturahmi

Dalam ceramahnya, Mamah Dedeh menyampaikan jika halalbihalal adalah silaturahmi yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang bertaqwa. Tidak hanya dilakukan setiap Idulfitri melainkan juga sepanjang waktu.

Silaturahmi itu berasal dari kata silat yang artinya menyambung, menghimpun, mengumpulkan. Rahim asal maknanya kasih sayang.

"Arti silaturahmi itu menyambung yang terputus, mengumpulkan yang terserak dan menghimpun yang tersebar dengan penuh rasa kasih sayang. Dengan demikian, orang yang saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan termasuk ke dalam orang-orang yang taqwa," kata ustadzah kelahiran Ciamis, Jawa Barat, ini.

Ambil contoh para jamaah yang menghadiri kajian muslimah yang tempat tinggalnya tersebar, tidak saling berdekatan, terserak, terhimpun dalam masjid Al Ihsan.

Halalbihalal dapat mengingatkan kita tentang pentingnya merajut silaturahmi, menghubungkan ikatan kasih sayang dan persaudaraan kepada sesama. Sebab, hidup yang didasarkan pada kasih sayang dan cinta kasih ini dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan keharmonisan.

Dalam rangka apa kita silaturahmi? Dalam rangka idulfitri. Halalbihalal identik dengan Idulfitri, yaitu kembali kepada fithrah atau kembalinya manusia pada keadaan sucinya. Kembali saat kita bayi yang lahir tanpa dosa.

"Kembali dalam keadaan suci ini berarti kembali kepada Allah, dekat kepada Allah, dan kembali atau dekat dengan sesama manusia. Kesucian hati ini harus karena Allah," tutur ibu 4 anak ini.

Halalbihalal ini juga bisa menjadi momen untuk saling memaafkan, membangun optimisme, sikap persaudaraan, dan semangat solidaritas. Mempertemukan warga dalam bingkai saling memaafkan.

Tidak ada yang mengaku paling benar, semua mengaku salah, dan meminta maaf. Maka semua menjadi halal. Semua menjadi bertemu dalam kerinduan kedamaian dalam semangat saling menguatkan satu sama lain.

Bersilaturahmi akan menguatkan simpul sosial yang mungkin telah lama putus. Pertemuan di dalam bingkai halalbihalal inilah yang menguatkan solidaritas sosial. Sesama manusia merasa bersaudara.

Panitia kajian muslimah berfoto bersama Mamah Dedeh (dokumen pribadi)
Panitia kajian muslimah berfoto bersama Mamah Dedeh (dokumen pribadi)

Isteri harus mandiri

Dalam kesempatan ini, Mamah Dedeh juga mengingatkan perempuan, khususnya para isteri untuk mandiri. Tidak boleh hanya menggantungkan nafkah pada suami. Istri adalah mitra suami dalam rumah tangga. Karena itu, harus bersinergi.

Menurut ajaran Islam, suami dan istri memiliki tanggung jawab yang sama dalam membantu ekonomi keluarga. Keduanya diwajibkan untuk bekerja keras dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Seorang istri harus bekerja sesuai dengan kemampuannya dan harus memberdayakan potensi yang sudah ada sejak lahir. Perempuan yang memiliki penghasilan dan mandiri dapat mengantisipasi kondisi terburuk yang terjadi.

Ada beberapa alasan mengapa isteri harus memiliki penghasilan. Pertama, kalau suami tiba-tiba sakit dan tidak mampu lagi bekerja, isteri masih mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

"Kita tidak tahu misalnya di tengah jalan suami terkena stroke, misalnya. Kalau Anda tidak punya penghasilan bisa jadi Anda ikut terkena stroke. Kalau kita, para isteri punya penghasilan, minimal berpikir untuk makan ada," tutur Mamah Dedeh.

Kedua, kalau suatu saat diceraikan oleh suami, isteri sanggup membiayai hidupnya sendiri. Ketiga, kalau suami tiba-tiba meninggal dunia, isteri mampu menanggung biaya hidup anak-anaknya.

"Meski semasa hidupnya suami begitu baik, menafkahi, memberinya kecukupan uang, tidak selingkuh, tapi setelah suami meninggal pasti kondisi tidak akan sama lagi," tegas ustadzah kondang ini.

Alasan keempat, kalau suami kehilangan pekerjaan, isteri masih mampu mencukupi kebutuhan keluarga sampai suami mendapatkan pekerjaan baru. Kelima, penghasilan isteri bisa membantu suami menopang perekonomian keluarga.

Keenam, isteri bisa membeli apapun yang menjadi kebutuhan pribadinya, tanpa harus meminta uang pada suami.

"Menjadi isteri yang mandiri, bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anak kita. Saya sebagai orang tua mengajak Anda semua, yuk kita bekerja. Apapun itu selama itu halal, jalani. Tidak usah pikirin apa kata orang. Tidak ada urusan. Ayo bangun, bangkit. Jangan mengasihani diri sendiri," ucapnya.

Mamah Dedeh sendiri mengaku sejak 1970an dirinya berjualan apa saja agar bisa punya penghasilan sendiri. Mulai dari jual kaos kaki, perabotan, elektronik, aquarium, hingga mobil. Sejak berjualan itu, ia mengaku memiliki penghasilan empat kali lipat dari penghasilan yang biasa ia dapatkan.

Setelah memberikan tausyiah, para jamaah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa saja. Ada yang bertanya tentang kurban, zakat fitrah, suami yang "berbohong" mengenai masalah keuangan, mertua yang tidak adil, dan lain sebagainya.

Kajian yang dimulai pada pukul 8.30 itu berjalan sukses hingga pukul 11.00 Wib. Dilanjutkan dengan berfoto bersama. Sayang, tidak semua jamaah berkesempatan untuk berfoto bersama Mamah Dedeh mengingat usia Mamah Dedeh yang tidak lagi muda alias lanjut usia.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun