Rabu 26 April 2023, anak-anak mengajak saya menonton film Sewu Dino atau dalam bahasa Indonesia artinya Seribu Hari. Film baru yang dirilis tayang di bioskop-bioskop pada 19 April 2023. Kata anak-anak, ini film horor. Sudah lama juga anak-anak tidak menonton film horor.
Ok. Baiklah. Saya juga penasaran secara sudah lama juga tidak nonton di bioskop bersama anak-anak. Pokoknya sudah berbulan-bulan deh. Terakhir itu, menonton film "Alena: Anak Ratu Iblis", film horor tapi tidak ada horor-horornya, menurut saya.
Baca juga:Â Film Horor "Alena: Anak Ratu Iblis", Apanya yang Seram?
Usai shalat dzuhur, kami pun ke Depok Plaza dengan menumpang taksi online. Ternyata sampai di sini, antrean tiket mengular. Wah peminatnya bejibun. Adapun film yang tengah tayang film yaitu Sewu Dino, Buya Hamka, Khanzab, dan Mario Bros.
Melihat antrean yang cukup panjang, bikin malas juga. Coba dicek di online, ternyata penuh. Cek di tempat lain, alhamdulillah masih ada yang lowong. Akhirnya, kami pun bergeser ke D'Mall alias Depok Mall. Syukurlah, lokasinya tidak begitu jauh. Masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Irit ongkos kan?
Sampai di CGV, suasananya tidak terlalu ramai. Tidak seramai di tempat sebelumnya. Setelah mencetak tiket yang sudah dipesan secara online, kami pun mengisi perut sejenak sambil menunggu waktu tayang yang tinggal 30 menit lagi.
Sebagai penyuka film horor, saya menilai film produksi MD Pictures ini secara keseluruhan bagus dan benar-benar menegangkan. Dari awal film ini diputar hingga akhir, suasana ketegangan dan horornya masih berasa banget. Anak-anak sampai memuji film ini keren banget.
Bisa jadi karena film ini disutradarai oleh Kimo Stamboel. Sosok yang dikenal sebagai salah satu sutradara film horor yang dimiliki Indonesia. Sebut saja film Dreadout (2019), The Queen of Black Magic (2019), Ivanna (2022), Jailangkung: Sandekala (2023) dan masih ada lagi yang lain.
Para pemainnya seperti Mikha Tambayong (Sri) terlihat totalitas memerankan perannya sebagai pemain utama. Aktingnya, menurut saya, tanpa cacat. Tidak terlihat bahwa ia sebenarnya hanya bermain peran. Aktingnya begitu menjiwai.
Sewu Dino juga dibintangi oleh Karina Suwandi (Karsa Atmaja), Giselma Firmansyah (Della Atmaja), Rio Dewanto (Sugik), Marthino Lio (Sabdo Kuncoro), Givina (Erna), Agla Artalidia (Dini), Pritt Timothy (Mbah Tamin) dan Maryam Supraba (Yuk Minah). Mereka juga bermain sangat apik. Gisellma Firmansyah yang bisa dibilang sebgau pendatang baru berhasil tampil mencekam.
Narasi film ini dari awal hingga akhir film perlahan membuka tabir tiap tokohnya. Membuat penonton, setidaknya saya, merasa penasaran untuk tidak memalingkan mata dari layar bioskop. Ada penonton yang teriak ketika muncul adegan menegangkan. Ini artinya, film berhasil "memengaruhi" penontonnya.
Terlebih Sewu Dino ini justru meninggalkan jejak misteri satu demi satu di bagian akhir cerita yang akhirnya menjadi plot twist. Sewu Dino benar-benar menjelaskan sejumlah elemen horor yang berkaitan dengan ritual menjaga Della Atmojo secara perlahan dari awal hingga akhir filmnya.
Kualitas pengambilan gambar dalam film Sewu Dino juga bagus. Efek dan pengambilan gambar di tiap babak film terlihat tidak membosankan. Efek seram dan horor yang ingin ditampilkan juga sangat terasa dan terlihat begitu natural. Membuat penonton dag dig dug.
Film horor yang ditulis Simpleman ini penuh intrik dan rahasia. Penonton dibuat penasaran hingga ingin menonton sampai akhir. Bagaimana ending dari cerita ini. Dengan durasi 2 jam lebih sedikit, penonton dibuat berdecak kagum atas jalan cerita secara keseluruhan.
Konon, film Sewu Dino ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada sekitar tahun 2001. Sewu Dino ini menceritakan kisah Sri yang mengalami kesulitan ekonomi, lalu mencari pekerjaan karena tengah membutuhkan banyak uang untuk biaya berobat ayahnya.
Sri kemudian diterima bekerja di keluarga Atmojo dengan bayaran yang cukup tinggi. Pertimbangannya lantaran ia lahir di hari Jumat Kliwon. Ada dua perempuan lain bernama Erna dan Dini yang juga turut bekerja di keluarga Atmojo. Usianya tidak jauh dari Sri, masih muda.
Mereka kemudian dibawa ke suatu gubuk yang tersembunyi di tengah hutan. Mereka diberitahu bahwa tugas mereka adalah memandikan dan menjaga Della Atmojo. Della adalah cucu dari Mbah Karsa Atmojo yang tidak sadarkan diri karena dirasuki roh bernama Sengarturih.
Kondisi ini terjadi lantaran adanya kutukan santet paling mengerikan bernama kutukan santet Sewu Dino. Sri, Erna, dan Dini pun harus menyelesaikan ritual sampai hari ke-1000. Mereka hanya menyelesaikan 4 hari tersisa untuk menyelamatkan Della.
Mereka harus berjuang untuk hidup karena telah terikat perjanjian mistis dengan Mbah Karsa Atmojo yang membuat ketiga perempuan tersebut tidak bisa kabur dari gubuk. Jika melanggar perjanjian itu, maka nyawa merekalah taruhannya.
Akhirnya Sri berhasil menyelamatkan Della. Sebagai upahnya, Mbah Karsa pun memberikan uang sebesar Rp10 juta yang kemudian ditolak oleh Sri. Sri tidak ingin terlibat dan terikat lebih jauh lagi dengan keluarga Mbah Karsa. Terlebih berkaitan dengan santet.
Sri pun diantar pulang oleh Sugik, supir Mbak Karsa. Sri baru mengetahui cerita siapa sesungguhnya yang memulai "perang santet". Jika Sugik tidak menceritakan itu semua, mungkin seumur hidup Sri tidak mengetahuinya. Terlebih ketika Sri bertanya kepada Mbah Karsa, si Mbak tidak mau menceritakan yang sesungguhnya.
Tidak ada yang bisa saya kritik mengenai film ini. Penampilan karakter Della yang kesurupan juga sangat bagus. Makeup-nya sangat menyakinkan. Percakapan dalam bahasa Jawa juga diberikan subtitle dalam bahasa Inggris sehingga memudahkan untuk memahami alur cerita.
"Kekurangan" dari film ini mungkin karakter para pemainnya yang kurang mendalam saja. Latar belakang dari beberapa tokohnya kurang terungkap secara jelas. Jika sedikit lebih detil, mungkin bisa menjadi sosok yang ikonis.
Selain itu, rumah Karsa Atmojo terasa kurang megah dan tradisional. Mungkin karena settingnya yang tidak keseluruhan menampakkan rumah orang kaya itu.
Gambaran kuyang Sengarturih dalam Sewu Dino terlihat seperti sosok hantu di film Inhuman Kiss (2019) asal Thailand. Entah apakah memang memiliki sosok hantu yang sama? Meski demikian, tidak terlalu memengaruhi alur cerita intinya.
Menurut saya, film ini nyaris sempurna. Anak-anak juga memberikan penilaian yang sama. Tidak seperti film horor terakhir yang ditontonnya. Film horor tapi pengambilan gambar, setting, alur cerita, seperti di sinetron.Â
Dari rate 1 - 10, anak-anak menyebut angka 9 - 10 untuk film Dino Sewu. Film ini cukup memuaskan anak-anak saya yang memang suka menonton film horor. Setidaknya terlihat dari wajahnya yang puas karena sesuai ekspektasi.
Penasaran? Tonton saja. Seminggu baru dirilis saja penontonnya tembus lebih dari 1 juta lho. Itu artinya, film ini begitu disukai banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H