Apa tidak membuat kepala pusing dan telinga pekak? Kegiatan belajar mengajar pun jadi terganggu. Oke, anggap saja mainnya saat jam istirahat, tetap saja berisik kan?
Baguslah sekolah anak-anak juga membuat peraturan larangan membawa latto-latto. Kalau ketahuan, permainan itu akan disita. Saya setuju. Sita saja. Nanti dikembalikan setelah usai jam sekolah.
Meski tidak ada surat edaran yang dibagikan pihak sekolah mengenai pelarang ini, tapi menurut laporan anak-anak, permainan latto-latto dilarang dibawa ke sekolah. Lebih karena faktor keselamatan dan kenyamanan bersama. Karena bagaimanapun sekolah adalah tempatnya belajar.
Harus diingat, semakin keras benturannya, semakin tinggi risiko kedua bola tersebut pecah dan berserakan. Ketika bola tersebut pecah, bukan tidak mungkin pecahan materialnya akan masuk dan mengenai mata, sehingga meningkatkan risiko kebutaan.
Ya kan jangan sampai menunggu terjadinya korban dulu sekolah baru bertindak. Korban dari latto-latto ini sudah banyak kejadian. Ada yang bibirnya robek sehingga harus dijahit. Ada yang matanya lebam sehingga harus dioperasi.Â
Belum lagi jika bola latto-latto terlepas lalu mengenai orang atau kaca atau barang pecah belah lainnya. Bahaya mengintai. Karena itu, harus dicegah. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?
Syukurlah, anak-anak saya tidak terlalu maniak juga bermain lato-lato. Hanya sesekali saja dimainkan. Itu juga sebentar. Selanjutnya ditaruh. Kemudian giliran saya yang memainkan. Tek tek tek. Tek tek tek. Tapi cuma sebentar saja kok karena berisik hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H