Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berisik, Sekolah Larang Siswa Bawa Latto-Latto

11 Januari 2023   22:28 Diperbarui: 11 Januari 2023   22:31 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permaian latto-latto tengah naik daun. Hampir di mana-mana orang memainkannya. Hampir di mana-mana pedagang menjual mainan tersebut. Mainan yang membuat suasana tenang jadi berisik.

Saya menyebutnya latto-latto adalah permainan berisik. Memang benaran berisik dan bikin berisik. Tek tek tek. Tek tek tek. Tek tek tek. 

Beberapa waktu lalu saya ke klinik dekat rumah untuk mengurus surat rujukan, eh bunyi tek tek tek itu juga terdengar. Dan, tidak ada yang protes. Mungkin karena memaklumi permainan ini tengah viral? Entahlah.

Saya ke warung, eh terdengar juga. Sampai di stasiun pun bunyi khas permainan latto-latto terdengar. Tapi saya lupa, apakah di dalam kereta terdengar juga tek tek tek? Kalau terdengar apakah akan ditegur petugas?

Ketika saya ke Kota Tua bersama anak-anak, tidak luput pula dari bunyi tek tek tek, tek tek tek. Anak saya minta dibelikan latto-latto. Saya beli satu seharga Rp15.000. Satu untuk semua...!

Saya belikan karena kawasan Kota Tua ruang terbuka. Jadi, seberisiknya bunyi latto-latto tidak akan mengganggu ketenangan orang-orang yang berkerumun dan berkumpul. Memangnya mereka peduli? Yang ada juga mereka terlihat tertawa bahagia bersama kawan-kawan.

Sejujurnya, saya tidak suka dengan permainan latto-latto ini. Meski waktu kecil saya sering memainkannya. Ada nilai positifnya juga sih sebenarnya. Salah satunya, dapat mengalihkan ketertarikan anak pada gadget. Selain itu, melatih konsentrasi karena bermain latto-latto, perlu berkonsentrasi dan fokus. 

Tapi ya berisik saja sih. Jadi, saya ingatkan anak-anak, boleh main latto-latto tapi harus pada tempatnya dengan melihat situasi dan kondisi. 

Itu sebabnya, saya melarang anak saya membawa permainan ini ke sekolah. Alasan utamanya, karena sekolah butuh ketenangan. Tidak boleh berisik karena bisa mengganggu konsentrasi. 

Terbayang tidak jika anak-anak di satu sekolah yang jumlahnya ratusan itu membawa latto-latto lalu memainkannya? Satu latto-latto saja bisa menyebabkan efek berisik, bagaimana kalau banyak begitu? 

Apa tidak membuat kepala pusing dan telinga pekak? Kegiatan belajar mengajar pun jadi terganggu. Oke, anggap saja mainnya saat jam istirahat, tetap saja berisik kan?

Baguslah sekolah anak-anak juga membuat peraturan larangan membawa latto-latto. Kalau ketahuan, permainan itu akan disita. Saya setuju. Sita saja. Nanti dikembalikan setelah usai jam sekolah.

Meski tidak ada surat edaran yang dibagikan pihak sekolah mengenai pelarang ini, tapi menurut laporan anak-anak, permainan latto-latto dilarang dibawa ke sekolah. Lebih karena faktor keselamatan dan kenyamanan bersama. Karena bagaimanapun sekolah adalah tempatnya belajar.

Harus diingat, semakin keras benturannya, semakin tinggi risiko kedua bola tersebut pecah dan berserakan. Ketika bola tersebut pecah, bukan tidak mungkin pecahan materialnya akan masuk dan mengenai mata, sehingga meningkatkan risiko kebutaan.

Ya kan jangan sampai menunggu terjadinya korban dulu sekolah baru bertindak. Korban dari latto-latto ini sudah banyak kejadian. Ada yang bibirnya robek sehingga harus dijahit. Ada yang matanya lebam sehingga harus dioperasi. 

Belum lagi jika bola latto-latto terlepas lalu mengenai orang atau kaca atau barang pecah belah lainnya. Bahaya mengintai. Karena itu, harus dicegah. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

Syukurlah, anak-anak saya tidak terlalu maniak juga bermain lato-lato. Hanya sesekali saja dimainkan. Itu juga sebentar. Selanjutnya ditaruh. Kemudian giliran saya yang memainkan. Tek tek tek. Tek tek tek. Tapi cuma sebentar saja kok karena berisik hahaha...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun