Rabu 21 Desember 2022, Majelis Taklim Al Ihsan Permata Depok, Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat, mengadakan rihlah ke Pondok Pesantren Mama Bakry Sadeng, di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Rihlah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rihlah salah satunya berarti lawatan. Dalam konteks ini, rihlah dimaksudkan untuk menuntut ilmu atau mentadabburi alam dengan tujuan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Â
Lawatan ke Pondok Pesantren Mama Bakry Sadeng ini dipimpin oleh Wakil Ketua DKM Al Ihsan Permata Depok dr. Salma dan Ketua Bidang Majelis Taklim Nur Laela Bima Puteri.
Pimpinan Pondok Pesantren KH. Abah Raodl Bahar Bakry berkesempatan menerima secara langsung rombongan Majelis Taklim Al Ihsan Permata Depok yang tiba setelah menempuh selama 2 jam perjalanan.
Nur Laela menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan dan sambutan hangat dan penuh kekeluargaan yang diberikan oleh pesantren dan Abah. Kunjungan yang baru sempat terlaksana karena faktor pandemi Covid-19.
"Majelis Taklim Al Ihsan ini gabungan dari majelis taklim yang ada di setiap sektor, Abah. Di Permata Depok ada 12 sektor. Di setiap sektor ini ada majelis taklimnya. Nah, kunjungan ini juga diwakili oleh majelis taklim di 12 sektor," kata Laela memberikan penjelasan.
Laela melanjutkan, maksud kunjungan ke Ponpes Mama Bakry Sadeng ini karena ponpes ini berdiri sudah lama, sejak zaman penjajahan. Jadi, ingin mengenal lebih dekat dan bersilaturahmi dengan ponpes yang didirikan ulama besar sekaligus ulama pejuang Mama Bakry Sadeng.
KH. Abah Raodl Bahar usai mendengarkan penjelasan tersebut juga menyampaikan rasa terima kasihnya menjadikan Ponpes Mama Bakry Sadeng sebagai tujuan rihlah Majelis Taklim Al Ihsan Permata Depok.
Putra ke-6 Mama Bakry ini lantas menjelaskan Pesantren Mama Bakri Sadeng ini pondok pesantren yang sebelum Indonesia merdeka sudah berdiri. Jadi, bisa dibilang ponpes tertua dan terbanyak jumlah santrinya.
Pada Mei lalu, ponpes ini berusia 92 tahun. Selama berdirinya itu ponpes ini telah melahirkan para ulama dan para santri penghafal Alquran.
Setelah beramah tamah, agenda dilanjutkan dengan mendengarkan tausyiah yang disampaikan KH. Abah Raodl Bahar di pendopo ponpes. Terlihat ruangan sudah dipenuhi para santri dan jamaah dari sekitar lingkungan ponpes.
Tausyiah yang disampaikan mengenai ma'rifat yang secara bahasa berarti mengetahui sesuatu apa adanya atau ilmu yang tidak lagi menerima keraguan. Dengan kata lain menyangkut keyakinan akidah.
Sangat penting bagi seorang muslim untuk mengetahui tentang ilmu aqidah. Hal ini dikarenakan aqidah yang dipegang akan menentukan diterima tidaknya amalan seseorang.
Seiring perjalanan waktu, keyakinan akan akidah terbagi tiga yaitu akidah jabariyah, akidahnya seseorang yang hanya menekankan bahwa perjalanan hidup umat manusia sudah diskenariokan dan sudah diatur oleh Allah. Tinggal menunggu saja apa kata Allah.
Kedua, akidah Qadariyah, bahwa apa yang terjadi pada diri manusia merupakan kehendak pribadi. Menurut paham ini perbuatan manusia sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
Ketiga, akidah Ahlul Sunnah Wal Jamaah. Akidah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Sejatinya, akidah inilah yang dipegang oleh umat Islam.
"Jangan-jangan kita sudah lama mengaku akidah Ahlussunnah Wal Jamaah akan tetapi kita tidak paham apa yang disebut dengan akidah Ahlul Sunnah Wal Jamaah itu," tandas Abah.
KH Abah lantas mengutip salah satu hadist dari riwayat Imam Thabrani. “Orang-orang Yahudi bergolong-golong terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka.
Ditanyakan ’Siapakah yang selamat itu?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ahlusunnah wal Jama’ah’. Dan kemudian ditanyakan lagi, ‘apakah assunah wal jama’ah itu?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diamalkan beserta para sahabat)".
Pada hakikatnya Ahlussunah wal Jama’ah adalah ajaran Islam yang datang dari Rasulullah yang berdasarkan pada AlQuran dan Hadist serta berpegang teguh pada sahabat Nabi Muhammad Saw.
Jadi Ahlussunnah wal Jama’ah adalah ajaran yang disampaikan Rasulullah Saw dan para sahabat. Ajaran yang bersumber dari AlQuran dan hadist yang diamalkan atau dikerjakan para sahabat nabi.
"Karena itu, kita harus lebih mendalami seperti apa akidah Ahlussunnah Wal Jamaah agar kita tidak masuk ke dalam 72 golongan, melainkan masuk ke dalam golongan yang akan diselamatkan oleh Allah, masuk ke dalam surganya Allah yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah," ujarnya.
KH. Abah melanjutkan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat. Pembagian ketiganya mengacu pada AlQur'an surah An Nas.
Disebut akidah atau tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengendali alam raya. Dia dapat menghidupkan dan mematikan dengan takdirNya serta dapat mengendalikan seluruh alam semesta dengan sunah-sunahNya.
"Memahami tauhid rububiyah bertujuan agar manusia mengakui tentang keagungan Allah SWT atas semua makhluk yang diciptakanNya," terangnya.
Akidah uluhiyah atau ilahiyah, akidah yang mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan ibadah, seperti salat, puasa, zakat, berkurban, berserah diri, dan berharap padaNya. Tauhid jenis ini bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya Allah SWT semata yang berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini menjadikan manusia tunduk, taat, dan mengikuti perintahNya.
Sementara itu, tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifatNya, sebagaimana termaktub dalam AlQuran dan sunnah rasulNya. Mempelajari tauhid ini artinya beriman kepada nama Allah dan sifatNya. Bertujuan untuk mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk dirinya adalah benar (haq) dan mutlak.
"Seperti hari ini kita mempelajari sifat Allah yang keempat yaitu Mukhalafatu Lil Hawaditsi artinya berbeda dengan akhluk CiptaanNya. Sebagai pencipta alam semesta dan seisinya, Allah SWT pasti berbeda dengan apa yang Dia ciptakan.
Tidak ada satupun makhluk yang menyerupai atau sebanding dengan Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam beberapa surat yang ada di AlQuran. Salah satunya QS. Al-Ikhlas ayat 4 yang artinya tidak ada satupun yang setara denganNya.
Sebagaimana kita ketahui ada 20 sifat wajib bagi Allah yang harus kita pahami sebagai umat Muslim. Mengetahui sifat-sifat Allah merupakan bentuk dari upaya kita untuk mengenal Sang Pencipta lebih dekat dan mempelajari ilmu ketauhidan atau ma'rifatullah.
Tauhid merupakan pilar utama kita untuk mendekatkan diri dengan Islam dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Karena itu, sebagai umat Islam kita harus mengetahui sifat wajibNya beserta penjelasannya.
Usai tausyiah, acara dilanjutkan dengan. taddabur alam di Taman Wisata Sereh Hejo atau Seureuh Hejo yang berlokasi di desa yang sama. Di sini, rombongan Majelis Taklim Al Ihsan Permata Depok beserta rombongan Ponpes Mama Bakry Sedeng bersantap siang dengan menu ala Sunda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H