Dikatakan, nilai yang didapat anak-anak masih nilai murni. Berbeda dengan raport akhir semester yang nilainya didapatkan berdasarkan hitungan-hitungan dan penilaian lainnya.
Namun, penilaian juga dilihat dari aspek kreatifitas anak. Seperti ujian lisan yang diadakan secara tiba-tiba atau mendadak. Di sini, siswa diajak untuk berpikir, dan menyampaikan pandangannya.Â
"Terlepas apakah yang disampaikan sesuai atau melenceng, tidak masalah. Ini sudah menjadi nilai plus. Ada kemampuan untuk berargumentasi. Jadi tidak semata-mata nilai mata pelajaran bagus tapi diam saja," jelasnya.Â
Terkait ada beberapa kolom yang kosong dan tidak terisi, wali kelas menyampaikan tidak perlu dikhawatirkan. Bukan berarti nilai anak nol. Beda makna kosong dan nol. Kosong berarti belum ada nilai. Nol berarti sudah ada nilai, nilainya nol.
"Kosong ini karena materi pembelajarannya memang belum sampai saja. Jadi, tidak ada nilai. Kolomnya dikosongkan," jelasnya.
Memang sih kalau saya perhatikan di rapot anak saya tidak semua kolom terisi. Dari 6 kolom, ada yang terisi 4 kolom, 3 kolom, 2 kolom, bahkan 1 kolom.
Anak saya sempat menjelaskan sih mengapa tidak ada nilai di kolom-kolom yang kosong karena materi pembelajarannya belum sampai pada penilaian pada kolom yang dimaksud.
Adapun proyek hingga akhir semester yang harus dikerjakan siswa sebanyak 7 proyek. Proyek ini semacam laporan ilmiah yang dikerjakan secara berkelompok.Â
Kerja kelompok ini juga mendapatkan penilaian sendiri. Meski guru tidak ikut terlibat dalam kerja kelompok tersebut, tetapi guru bisa mengetahui karakter para siswanya.
Siapa siswa ikut aktif membantu, siapa siswa yang banyak diam, siapa siswa yang tidak mau mengerjakan secara kelompok, siapa siswa yang tidak pernah memberikan usul atau saran atau ide. Karena dari kerja proyek ini diharapkan terbentuk profil pelajar Pancasila.
"Adalah pokoknya bagaimana menggali untuk menemukan siswa-siswa yang berkarakter seperti itu," katanya.