Kemarin, saya ada agenda kegiatan di restoran Seribu Rasa di bilangan Gunawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dulu sering banget ke daerah sini waktu Metromini S75 masih merajai jalanan sepanjang Pasar Minggu - Blok M. Naiknya dari (terminal) Pasar Minggu.
Tapi itu dulu. Sekarang beda zaman ketika kehadiran Metromini tergerus oleh bus Transjakarta. Jadi, untuk bisa ke sini mau tidak mau saya harus naik bus Tj.
Rencana saya tadinya naik bus Transjakarta dari Menara Saidah/Stasiun Cawang, transit di Tebet BUMD/Tebet Ecopark, naik yang ke Pinang Ranti, transit di Menara Jamsostek, baru deh naik M6 rute Manggarai - Blok M.
Tapi setelah dipikir-pikir agak ribet juga ya. Berapa kali transit itu. Ternyata juga M6 tidak melewati Tirtayasa, jadi harus transit lagi. Ya memang transitnya tidak perlu berpindah halte dengan naik turun tangga. Tapi tetap saja jadi tidak efektif.
Akhirnya, sebagaimana anjuran kawan, saya memutuskan naik bus Transjakarta 7B rute Kampung Rambutan - Blok M. Saya naik kereta terlebih dulu, turun di Stasiun Duren Kalibata, nunggu deh di halte depan Kalibata Mall.
Setelah menunggu sekian lama ditemani hujan deras, tibalah bus Tj yang ditunggu-tunggu. Sekali datang ada dua unit bus. Jadi, sebagian penumpang menuju bus yang di belakangnya.
Bus melintasi Taman Makam Kalibata, terus berbelok ke kanan, belok ke kiri ke arah jalan Duren Tiga, terus akhirnya sampai di persimpangan Mampang Prapatan. Bus belok ke kanan ke arah Pasar Mampang.
Semula saya berpikir setelah dari halte Pasar Mampang, bus belok ke kiri ke arah jalan Wolter Mongonsidi. Biasanya kan memang begitu. Kalau tidak salah. Sepanjang jalan, perjalanan cukup tersendat karena macet.
Tetapi ternyata bus lurus ke arah lampu merah Kuningan. Saya sempat bertanya-tanya dalam hati mau lewat mana? Ternyata bus putar balik, lurus, belok ke kiri, terus berputar arah ke Halte Kapten Tendean yang dekat gedung Trans TV.
Nah, dari halte Kapten Tendean ini bus langsung naik jalan layang. Setidaknya begitu yang saya lihat. Oh, saya baru tahu ini. Jadi bus Tj tidak lagi menghadapi kemacetan. Seingat saya, baru pertama kali saya singgah di halte ini. Kalau lihat sering.
Jalur jalan layang ini khusus untuk bus Tj. Saya perhatikan, ada dua petugas yang menjaga portal agar tidak dilalui kendaraan lain yang membandel. Jadi, bus Tj langsung "melayang" melintasi kemacetan di bawahnya.
Berdasarkan Google Maps, dari halte Kapten Tendean ke Halte Tirtayasa jaraknya sekitar 2 kilometeran. Setelah Halte Kapten Tendean, halte Rawa Barat, bari Tirtayasa.
Saya baru tahu, kalau Halte Tirtayasaya ini adalah Koridor 13. Terus terang ini baru pertama kalinya saya menjejakkan kaki di koridor ini.
Padahal, koridor ini sudah beroperasi sejak Agustus 2017. Maklum, saya sangat jarang naik bus Tj dengan rute ini ke Blok M.
Ternyata, busTj 7B yang saya naiki itu baru Oktober ini melintasi jalan layang. Sebelumnya lewat bawah. Jadi wajar dong saya terheran-heran, terbengong-bengong, terkagum-kagum hehehe...
Oh iya, Halte Tirtayasa di Koridor 13 ini cukup tinggi. Kalau melewati jembatan penyeberangan mungkin ada "4 lantai". Bisa dimaklumi karena koridor 13 ini dibangun melewati jalan layang dan jalur MRT di bawahnya. Jadi, terbayang kan melintasinya serasa melayang. Â
Koridor 13 adalah satu-satunya koridor bus TJ yang tidak dibangun di atas tanah atau berbentuk jalan layang. Berada di ketinggian 23 meter dengan jalur sepanjang 9,3 kilometer. Sepanjang jalan layang ini koridornya berhias ornamen "gigi balang" Betawi ini memiliki jalur berkelok-kelok.
Berdasarkan informasi yang saya baca, Koridor 13 Transjakarta adalah rute Transjakarta yang melayani dari CBD Ciledug sampai dengan Tendean.Â
Jalan yang dilalui oleh koridor 13 adalah Jalan HOS Tjokroaminoto, Jalan Ciledug Raya, Jalan Kebayoran Lama, Jalan Kyai Maja, Jalan Sisingamaraja, Jalan Trunojoyo, Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Kapten Tendean.
Usai menghadiri agenda kegiatan yang lokasinya tidak begitu jauh dari Halte Tirtayasa, bersama dua kawan, saya kembali ke Halte Tirtayasa. Kami mau ke Kedutaan Besar Belanda yang berada di kawasan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Kawan saya, Ashriati, terheran-heran dengan halte yang begitu tinggi. Napasnya sampai terengah-engah. Termasuk saya juga. Padahal jembatannya tidak ada anak tangga yang buat naik turun. Dibuat datar begitu. Kalau ada, bisa jadi tambah ngos-ngosan.
Sebenarnya ada lift, tapi diperuntukkan buat disabilitas, lansia, ibu hamil, ibu membawa anak kecil, orang sakit, dan orang-orang dalam kondisi tertentu. Tidak enak saja. Meski terlihat ada juga orang muda naik lift.
Ada sensasi berbeda saat menunggu bus Tj di sky station. Sampai di halte, terasa suasana yang tenang karena tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Penumpang juga belum ramai.
Haltenya sangat bersih. Bentuknya memajang dan agak lebih luas dibanding halte TransJakarta yang pernah saya singgahi.
Kami sendiri menunggu bus Tj L13E yang langsung ke Kuningan setelah halte Tirtayasa berhenti di Halte CSW. Bus ekspress ini dioperasikan tanpa transit dengan tujuan mempermudah masyarakat yang ingin menuju lokasi tujuan dengan lebih cepat.
Terus terang ini baru pertama kalinya saya naik bus Transjakarta L13E. Termasuk kawan saya, Ashriati. Kata teman saya, Elva Setyaningrum, Rute Tj L13E ini baru beroperasi pada bulan lalu. Jadi, wajar dong saya baru tahu.
Secara fisik bus Tj ini tidak beda jauh dengan bus Tj lainnya. Bedanya mungkin karena melintasi jalan layang saja dan tidak berhenti di banyak halte. Itu artinya, perjalanan menjadi lebih cepat.
Tentu saja sesuatu yang sangat diharapkan bagi penumpang yang ingin cepat sampai tujuan seperti kami. Ya, agenda kegiatan yang harus kami hadiri pukul 16.00. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 di Halte Tirtayasa.Â
Perjalanan yang kami tempuh sekitar 15 menit. Cepat kan? Seperti lewat jalan tol saja. Karena memang tidak ada kendaraan lain selain bus Tj. Dari halte CSW langsung ke Kapten Tendean belok kiri ke arah perempatan Kuningan, eh tidak terasa sampai deh di Halte Patra Kuningan.Â
Karena bus Tj ini tidak berhenti di Kuningan Timur, jadi dari Patra Kuningan, kami transit naik yang menuju Ragunan, lalu turun di Kuningan Timur. Hanya satu halte saja. Setelah itu, jalan kaki deh.
Saya coba mencari info di Mbah Google, informasi seputar rute L13E yang kami naiki tadi tapi tidak saya temukan satu infopun. Adanya 13E dengan rute Puri Beta - Kuningan.
"Itu sama?" tanya saya.
"Beda lagi itu Butet. Kalau 13E berhenti di semua halte kalau L13E kaga. Dari CSW langsung Kuningan," jelas kawan saya, Elva.Â
"Oh jadi beda ya? Yang satu pakai "L", yang satu lagi nggak?" tanya saya.
"Puyeng sama 13 ada banyak nggak hapal. Intinya ke Puri Beta semua tapi ada yang dari Dukuh Atas, ada yang Tendean, ada yang Kuningan," terangnya lagi.
Tidak terasa kami pun sampai di Kedubes Belanda.Â
Demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H