Selamat pagiii, semangat pagiii...
Sudah sarapan belum? Semoga sudah ya. Apapun makanannya, yang penting sarapan jangan sampai dilewatkan. Ok?
Kalau saya menu sarapan untuk anak-anak hari ini: nasi tumis kulit buah naga. Tentu saja ala Chef Bunda Tety. Sebagaimana namanya nasi tumis yang campurannya potongan kulit buah naga.
Untuk proteinnya saya tambahkan dua potong daging ayam yang disuwir-suwir. Kebetulan, ada tersisa 3 potong daging ayam ungkep lagi.
Tadinya bingung saja mau menyajikan sarapan apa buat anak-anak. Kebetulan banget stok buat sarapan habis. Roti, rumput laut, telur, saos mayones. Termasuk stok sayuran.
Kemarin sih sebenarnya ada niat belanja-belanja, eh mood buat keluar rumahnya tidak ada. Ditunda-tunda mulu hingga akhirnya beranjak malam, ya mager alias malas bergerak.
Waktu saya cek kulkas ada buah naga utuh yang belum dikupas. Kalau ini dijadikan campuran buat sarapan, enak barangkali ya. Boleh nih dicoba. Namanya juga bereksperimen.
Ok. Saya cuci buah naga yang kebetulan sudah matang banget. Lalu saya bagi dua dan pisahkan dagingnya. Bagian yang kasar yang mirip seperti lancip itu, saya buang-buang. Kemudian saya iris-iris.
Saya siapkan bumbu untuk menumis. Bumbunya biasa saja, tidak neko-neko. Cukup setengah potong bawang bombai, 2 siung bawang putih, 2 siung bawang merah. Tumis deh dengan sedikit margarin.
Setelah harum saya masukkan daging ayam suwir, kasih sedikit air, sedikit garam dan sedikit penyedap rasa. Aduk-aduk. Kemudian masukkan potongan kulit buah naga. Aduk-aduk.
Baru masukkan nasi, kasih sedikit air, aduk-aduk, koreksi rasa. Sudah, jadi deh nasi tumisnya. Lalu nasi ditaruh di piring, dibentuk membulat, kasih topping keju parut biar terasa tambah gurih.
Bagaimana, warna ungunya terlihat cantik, kan? Hahaha... Jadi juga. Percaya tidak, ini baru pertama kalinya saya mencoba memasak kulit buah naga. Karena baru pertama kali, yang menjadi pertanyaan apakah anak-anak suka dengan sajian ini?
"Apaan nih Bund?" tanya anak-anak.
"Nasi tumis kulit buah naga," jawab saya.
"Emang enak ya? Bisa ya diolah jadi makanan begini? tanya anak kedua saya.
"Kakak maunya nasi yang kayak kemarin," kata anak pertama saya.
"Cobain dulu," kata saya.
Anak-anak pun memakannya. Saya berdiri di samping anak-anak sambil memerhatikan ekspresi wajahnya, apakah terlihat menikmati atau tidak.
"Enak nggak, Kak?" tanya saya.
"Enak," jawab anak saya.
Syukurlah kalau dibilang enak. Berarti eksperimen ini bisa dibilang berhasil, berhasil, berhasil!
Alhamdulillah, cukup mengenyangkan juga ditambah dengan segelas susu. Selesai sarapan, anak-anak pun bersiap berangkat ke sekolah.
Setelah anak-anak jalan, saya lantas menawari suami untuk mencobanya. Kebetulan suami mau berangkat pagi. Awalnya tidak mau karena suami saya ini tipe orang yang sangat jarang sarapan. Sarapannya itu ya segelas kopi.
"Ayo, dicobain dulu sedikit," kata saya sambil menyodorkan sendok yang berisi nasi tumis.
Suami akhirnya membuka mulutnya. Setelah dirasa-rasa, suami bilang enak. Eh, lama-lama habis juga itu sepiring.
"Enak, enak, enak," kata suami.
"Itu ada daging ayamnya ya?" tanyanya yang saya bilang iya.
Suami baru tahu kalau kulit buah naga masih bisa dimanfaatkan. Dulu, saya tidak terpikirkan juga buat mengolahnya menjadi makanan.
Selama ini lebih seringnya kulitnya dibuang begitu saja setelah buahnya di makan. Kalau buah lain seperti mangga dan jambu, saya tidak pernah buang kulitnya tuh, ikut saya makan karena ada banyak kebaikan di dalamnya.
Tapi kulit buah naga? Eh, setelah saya baca-baca, kulit buah naga ini ternyata juga mengandung banyak nutrisi yang sangat baik bagi kesehatan tubuh.
Selain juga mengandung zat pewarna alami yang disebut dengan betasianin dan memiliki mineral tinggi.
Demikian. Terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H