Persoalan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan reproduksi ini menambah sederet persoalan pembangunan kesehatan yang dihadapi Indonesia. Dan, ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan.
Angka Kematian Ibu (AKI) saja saat ini masih nomor 5 tertinggi di ASEAN, dengan separuh ibu hamil menderita anemia dan sepertiga ibu hamil masih mengalami kurang energi kronis.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu mencapai 4.627 jiwa pada 2020. Angka tersebut meningkat 10,25% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang "hanya" 4.197 jiwa.
Jumlah kematian ibu di Jawa Barat tercatat paling banyak, yakni mencapai 745 jiwa pada 2020. Tentunya masalah ini akan semakin besar jika tidak kita tangani sedini mungkin.
Kesehatan neonatal juga, menurut Giwo, belum baik. Indikatornya, angka kematian bayi masih pada angka 19,5/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian neonatal masih pada angka 15/1.000 kelahiran hidup. Stunting pada balita masih berada pada angka 24%.Â
"Keadaan ini masih menjadi beban bidang kesehatan di Indonesia. Yang lebih memprihantinkan lagi mereka ini adalah sumber dari calon sumber daya manusia generasi penerus. Padahal, pembangunan kualitas manusia telah ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional," tukasnya.
Giwo menegaskan dampak perubahan iklim pada kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi menjadi perlu untuk dibahas dan diangkat. Mengapa? Karena dampak perubahan iklim ini tidak dapat dikendalikan sampai saat ini dan masih akan berlangsung sampai waktu yang panjang.
Dikatakan, PPI sudah melakukan kajian berupa review literature dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan di dunia untuk menghimpun informasi tentang dampak perubahan iklim. PPI juga melakukan penelitian eksploratif di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Malang.
PPI yang merupakan organisasi dari aliansi Global White Ribbon Alliance (GWRA) -- berkedudukan di Washington D.C., ini juga terus membangun dukungan untuk dapat melakukan analisis data yang lebih besar. Terlebih data tentang masalah ini di Indonesia memang masih sangat terbatas.
Selain fokus pada upaya penurunan AKI sebagaimana menjadi target SDG's 2030, PPI juga berupaya menurunkan angka prevalansi stunting yang ditargetkan oleh Presiden tahun 2024 menjadi 14%. Saat ini, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting berada di angka 24,4%.