Hari Minggu biasanya menjadi hari tersantai saya. Dikatakan santai ya karena saya malas buat masak atau aktifitas lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga.
Hidup dibuat simpel saja. Untuk makan tinggal bikin mie instan saja  atau beli makanan jadi di lapak-lapak depan kompleks atau beli makanan secara online. Pokoknya yang praktis-praktis saja.
Tapi hari ini saya tidak boleh santai. Soalnya pukul 9.30 saya ada agenda pertemuan wali murid dengan wali kelas anak kedua saya di Studio Alam TVRI, Depok. Siangnya, Â lanjut menghadiri agenda pekerjaan di Hotel Century Park, Senayan.
Jadi, mau tidak mau saya harus "bergerak" juga. Ada perasaan bersalah jika saya pergi tapi anak-anak belum sarapan. Biasanya, kalau Minggu, sehabis shalat subuh anak-anak tidur lagi. Ingin bersikap masa bodoh tidak bisa juga.
Ok, baiklah. Saya mau bikin apa ya buat sarapan? Ada nasi sisa di rice cooker. Bisa dibilang hampir setiap pagi selalu nasi bersisa. Kadang banyak, kadang sedikit.
Kalau bikin nasi goreng ya sudah biasa itu mah. Tidak ada yang baru. Nothing special. Kalau mau yang baru paling isiannya saja yang beda.
Saya lihat-lihat ada santan, ada gula merah, ada keju. Kalau ini dijadikan bubur sumsum, enak barangkali ya? Daun pandan tinggal minta di tetangga sebelah.
Biasanya kalau bikin bubur sumsum dari tepung beras, kali ini saya mau mencoba membuatnya dari nasi. Sama-sama dari beras juga. Yang satu menjadi tepung, yang satu lagi menjadi nasi.
Dulu, waktu anak-anak masih balita, saya sering tuh bikinkan bubur sumsum. Nah, kalau bubur sumsum dari nasi, apakah anak-anak mau? Mengapa tidak dicoba saja dulu? Nanti baru deh lihat reaksinya.
Saya pun mulai merebus sepiring nasi agar tekstur nasi hancur. Bisa saja sih diblender. Tapi saya malas harus mengeluarkan dan membersihkan blender setelah dipakai. Saya tidak mau ribet. Jadi, saya rebus saja deh.