Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

dr. Rubini, Dokter Pejuang yang Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional

3 September 2022   17:21 Diperbarui: 3 September 2022   17:35 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Alhamulillah, kami bersyukur prosesnya sangat lancar, mudah dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan," tambah Giwo.

Dalam pandangan Giwo, dr Rubini memang patut mendapatkan gelar pahlawan nasional. Jasa dan perjuangannya selama masa penjajahan Jepang bagi masyarakat Mempawah tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Giwo menuturkan, selama hidupnya, dr Rubini yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Daerah, begitu banyak memberikan perhatian kepada korban kekerasan dari kalangan perempuan dan anak. 

Karena melihat kondisi inilah, dr Rubini akhirnya membentuk gerakan bawah tanah dengan melihat para pasiennya yang sebagian besar perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan seksual oleh penjajah.

Kegigihannya melawan penjajah telah mengorbankan jiwa dan raga, sehingga dr. Rubini beserta istrinya yang sedang hamil, dan rakyat Kalimantan Barat lainnya, wafat di tangan penjajah. Peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi Mandor.

Tragedi Mandor adalah peristiwa paling kelam di Kalimantan Barat.  Puluhan ribu orang selama kurun waktu tahun 1942 -- 1944 dibunuh secara keji oleh tentara pendudukan Jepang.

Para korban terdiri dari tokoh masyarakat, cerdik pandai, raja, sultan, panembahan dan hartawan. Dalam peristiwa pembunuhan masal di Mandor itu dr. Rubini dan istri, Amalia Rubini, turut menjadi korban. 

Beritanya dimuat dalam koran Borneo Shimbun Pontianak edisi tahun kedua nomor 135 tanggal 1 Juli 1944.

Pembunuhan besar-besaran tersebut terjadi pada 28 Juni 1944 di Mandor. Sebagai bentuk penghormatan kepada para korban maka setiap 28 Juni diperingati sebagai "Hari Berkabung Daerah Kalimantan Barat".

Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di luar Kalimantan Barat belum mengetahuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun