Anak saya tiga. Perempuan semua. Putik Cinta Khairunnisa, Annajmutsaqib, dan Fattaliyati Dhikra. Alhamdulillah sekarang beranjak remaja. Anak pertama kelas 11, anak kedua kelas 10, anak ketiga kelas 5.
Semua anak yang saya lahirkan melalui proses kelahiran normal. Anak pertama lahir di RS Hermina Depok, anak kedua lahir di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, anak ketiga lahir di Klinik Permata Hati, Permata Depok.
Alhamdulillah, anak-anak saya mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan. Kebetulan, saya mengajukan cuti melahirkan ketika memang tengah proses melahirkan. Biar enak mengasuh anak saja.
Jadi, ketika seminggu menjelang perkiraan melahirkan saya mengajukan cuti, tapi belum ditentukan tanggalnya. Sudah saya tanda tangani. Nah, ketika saya melahirkan baru pihak kantor mencatat kapan saya mulai cuti.
Ketika anak pertama saya lahir, kebetulan saya masih tinggal bersama orangtua saya. Karena saya cuti, otomatis tidak ada drama mengingat pengasuhan ada di saya. Belum ada makanan yang diberikan selain ASI.
Paling "drama" yang muncul seputar kenapa anak tidak dibedong? Ibu saya menyarankan anak saya dibedong, tetapi saya tidak mengikuti saran itu. Saya membiarkan anak saya pakai baju dan diselimuti saja.
Saya sampaikan, dulu kenapa anak dibedong karena dulu cuacanya tidak sama dengan sekarang. Dulu tinggal masih di kampung-kampung dan masih dipenuhi dengan pohon-pohon. Udara cukup dingin.
Nah, bedong atau membungkus tubuh bayi yang baru lahir dengan kain dan menjadi tradisi turun-temurun dilakukan untuk membantu bayi merasa nyaman, agar dapat tidur dengan tenang.
Nah, beda dengan cuaca generasi anak saya. Cuaca panas yang terkadang ekstrem, pohon-pohon juga sudah sangat jarang. Kalau anak dibedong, yang ada anak saya kegerahan. Kasihan kan.
Lagi pula, dokter spesialis anak yang memeriksa anak saya juga tidak menyarankan anak dibedong. Nanti berpengaruh pada proses tumbuh kembangnya, terutama perkembangan motoriknya.