"Udah makan," kata saya seraya menyodorkan sendok ke mulutnya dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim. Mangap juga kan akhirnya mulutnya hahaha...
"Kakak nggak boleh begitu. Itu sama saja Kakak menzdolomi perut Kakak. Kakak harus memenuhi haknya perut," kata saya berceramah, ah seperti ustadzah saja saya.
"Rasanya bagaimana, nendang?" tanya saya yang dijawab "nendangggg!" Â
"Kenyang?" tanya saya yang dijawab "kenyanggg".
Alhamdulillah, anak-anak kelar sarapan. sebagai penutup, teh manis hangat pun diseruputnya. habis sarapan, anak-anak bersiap ke sekolah deh.
***
Baca juga:
Dewi Dyafrianis, Sosok Inspiratif di Balik Produk 'Dendang" yang Dimasak Secara Tradision
Saya mau cerita sedikit tentang rendang sapi olahan produksi skala rumah tangga ini. Merk Badendang sendiri singkatan dari dendeng dan rendang. Jadi, kawan saya ini selain bikin rendang, juga dendeng dan aneka sambal.
Ia memulai karirnya di dunia kuliner, dari tahun 2010. Tiba-tiba saja terpikir begitu saja untuk berbisnis. Kebetulan juga, dulu orang tuanya punya warung nasi Padang. Jadi, dia belajar banyak di sini.
"Belajar membuat rendang itu sebenernya dari kecil itu kebetulan keluarga gue asli dari Minang. Doktrin orang tua gue itu, kalau namanya orang Padang ya harus bisa masak. Jadi, gue sering lihat orang tua masak, dari mulai meracik bumbu hingga cara memasak," kata Dewi.