Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru Islam dan Fenomena "SCBD"

31 Juli 2022   14:17 Diperbarui: 31 Juli 2022   14:21 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun strategi berdakwah itu, di antaranya harus sabar dalam berdakwah. Berdakwah tidak sendirian tapi berjamaah, siap menghadapi tantangan dakwah. 

Tahun Baru Islam yang pertama, yaitu 1 Muharram 1 H bertepatan dengan tahun 622 M. Ini menjadi atau titik balik peradaban Islam dan sekaligus peradaban dunia. 

Pada hari itulah Nabi Muhammad Saw melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagai langkah awal strategi bagi kebangkitan Islam dan umat Islam di dunia.

Perubahan yang semula dari keadaan yang ditekan, dianiaya, diembargo, menjadi keadaan yang mampu membangun dan memimpin peradaban dunia. Jika sebelumnya menjadi kaum minoritas, kini memimpin dunia.

Tahun baru Islam, 1 Muharram 1444 Hijriah, menjadi momen yang tepat bagi kita untuk memperbaiki diri dan hijrah menuju kebaikan sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad yang melakukan hijrah dari satu tempat ke tempat lain yakni dari Mekkah ke Madinah dalam menyebarkan kebaikan menjadikan momen ini titik balik kaum muslim untuk selalu hijrah kepada kebaikan.

Dalam konteks ini, hijrah generasi sekarang harus mampu memberikan semangat perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Anak-anak muda harus diedukasi dengan penguatan karakter dan moralitas menghadapi perubahan.

Bukan sekedar mengedepankan kreatifitas yang mengejar popularitas belaka, tetapi harus mempunyai visi dan masa depan yang jelas. Bukan berarti memasung kreatifitas. Terpenting bagaimana kreatifitas itu bertanggung jawab, baik secara moral maupun agama.

Demikian. Wallahu'alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun