Agar fenomena "SCBD" dan fenomena lainnya tidak kembali terulang, maka harus memperkuat peran keluarga. Hal yang mendasar bagi kita, karena mereka itu adalah lahir dari tengah keluarga. Peran keluarga menjadi hal yang sangat penting untuk hadir di tengah mereka.
Bisa jadi kita sebagai orangtua tidak dekat dengan Rabb kita. Orangtua jarang berkomunikasi dengan Tuhannya.Â
Karena itu, sering-seringlah kita mengkaji Islam, mengaji atau bergaul dengan orang-orang shaleh. Yang Alhamdulillah fasilitas untuk belajar kajian sudah tersebar di mana-mana.Â
Sebagaimana perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk "iqro". Bacalah. Bukan sekedar kita harus bisa membaca dan menulis, tetapi harus bisa membaca keadaan dan mengikuti ajaran.
Setelah dibekali ilmu, jangan lupa dakwahkan itu seperti yang dilakukan Nabi. Lakukan dkawah pada lingkungan terdekat yaitu keluarga, baru meluas sehingga terjadi perubahan-perubahan menuju kebaikan di masyakarat.
Jadikan masjid sebagai tempat gua Hira kita. Menjadikan masjid untuk mengkaji untuk mencari solusi atas permasalahan umat.
"Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha: 123 - 124).
Nabi berada di gua Hira untuk mengasingkan diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia. Nabi tidak tahu saat mengasingkan diri itu Allah menurunkan wahyu kepadanya. Dan, wahyu itu menjadi titik balik tampil di masyarakat untuk melakukan perubahan.
Menuju perubahan yang ke arah lebih baik strategi dakwah penting untuk dikuasai. Semisal, jika "SCBD" dipindahkan ke Masjid Al Ihsan, bagaimana?Â
Tentunya, kita harus mengetahui permasalahannya terlebih dahulu, kemudian merancang strateginya. Nabi saat berdakwah pun punya strategi, mulai dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.