Dia juga senang banget berada di Alun-alun Suryakencana. Bisa jadi ini adalah moment "bersejarah" dalam hidupnya yang akan dikenangnya di kemudian hari.
"Kakak Putik hebat, Bun, bisa juga dia sampai ke puncak," kata suami ketika tiba di rumah, Senin subuh sambil melaporkan jalur puncak ke bawah macet hingga 5 jam.
Baca juga:
Mengenang Liburan Bersama "Mendaki" Air Terjun Cibeureum
Dua tahun lalu, kami sempat kemping di kaki Gunung Gede. Awalnya, suami menjanjikan mengajak anak-anak mendaki hingga ke puncak. Anak-anak jelas semangat.
Sayangnya, saat itu pendakian hingga ke puncak ditutup. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tengah ada kegiatan pembersihan.
Pengunjung hanya diperkenankan mendaki hanya sampai air terjun Cibereum. Butuh waktu sekitar 1,5 jam hingga 2 jam untuk bisa sampai ke sini.
Cuaca juga sangat tidak mendukung. Hujan turun dengan deras. Terlebih, pada Senin lusanya anak pertama saya ada study tour ke Jogjakarta.
Khawatir tubuhnya nanti jadi tidak fit, suami membatalkan rencana mendaki melalui jalur "tidak resmi". Nah, anak pertama saya ngambek. Dia sangat ingin mendaki sampai ke puncak.
"Kak, mendaki sampai ke puncak jauh lho. Bisa 8 jam atau 10 jam baru sampai. Harus melewati pohon-pohon dan semak berduri. Belum kalau hujan. Kakak sanggup?" kata saya.
"Sanggup," jawabnya.
"Tapi kan Kakak Senin subuh mau ke Jogjakarta. Tubuh Kakak ntar nggak fit, sakit, batal deh jalan-jalannya," kata saya.