Beberapa kali saya berkunjung ke NTT dalam rangka pekerjaan. Waktu mau pulang, pejabat di sana menghadiahkan saya kain tersebut. Kain-kain ini sebagian sudah saya sulap menjadi rok.
Ada juga etalase beragam jenis kopi khas NTT. Harganya juga beragam. Kopi Bajawa sendiri sudah dikenal sebagai salah satu kopi terbaik Nusantara.Â
Tidak hanya itu. Ada juga topi khas NTT, Ti'i Langga. Tepatnya topi tradisional orang Rote yang terbuat dari anyaman daun  lontar. Ada harganya juga.
Di bagian tengah, ada satu alat tenun ikat yang menghasilkan kain-kain tradisional NTT. Alat tenun bukan mesin. Jadi, alat tenun ini digerakkan oleh tangan penenun. Pengunjung bisa juga mencobanya, atau sekedar berfoto.
Pandangan saya mengitari area bagian depan ini. Ada lukisan khas orang NTT dan tulisan khas NTT di langit-langit atap.Â
Ok. Menarik juga. Sangat jarang soalnya saya menemukan tempat kuliner yang etnik banget. Yang menonjolkan suatu daerah tertentu dengan kekhasannya.
Kami ke lantai atas dengan menaiki anak tangga. Areanya cukup luas dan nyaman juga. Ditata sedemikian rupa. Ada tempat duduk yang ingin menyendiri, berdua, berempat, atau beramai-ramai.Â
Kursi-kursinya tidak seragam. Ada yang berbulu kulit sapi, ada yang terbuat dari anyaman, ada yang terbuat dari kayu jati yang cukup berat, ada beralasakan kain tenun ikat. Kerenlah, menurut saya, mah. Beda dari yang lain.Â
Beberapa lukisan khas orang NTT bergantung di dinding. Semakin menambah kental etnik NTT-nya. Di bagian tengah, tempat pengunjung memesan dan membayar menu yang dipesan.
Setelah saya tanya-tanya, katanya, ini adalah cabang ketiga. Pertama di Tebet, Jakarta Selatan. Kedua di Bintaro, Tangerang Selatan. Ketiga di Depok, Jawa Barat. Cabang keempat akan dibuka di Bogor, Jawa Barat.Â