Iman berarti menyakini dengan hati. Bagi orang beriman, hanya cukuplah Allah sebagai pelindung. Hasbunallah wani'mal wakiil. Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik sandaran.
Itu sebabnya, perintah puasa hanya diwajibkan bagi orang beriman saja. Karena orang beriman yakin dengan apa yang dilakukannya dan kebanyakan orang beriman itu berhasil menjalankan ibadah puasanya.
Bila orang beriman bisa menggapai derajat takwa tetapi orang yang berilmu belum tentu bisa menggapai takwa.
Inilah rahasia Allah. Allah akan memberikan balasan di akhirat nanti.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS An Nahl ayat 97)
Apa itu iman? Bahwa iman adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati. Jadi, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Apakah orang yang beragama Islam, belum tentu beriman? Coba renungkan firman Allah Swt.
"Sebagian dari manusia ada yang berkata, 'Kami beriman kepada Allah dan hari akhir.' Padahal mereka tiada beriman," (QS. Al-Baqarah: 8).
Jika orang itu mengatakan beriman, tetapi hatinya tidak menyakini, dan tidak mengamalkan, maka orang itu dikatakan munafik.
Dalam Islam, orang munafik adalah orang yang menampakkan keIslamannya, namun sesungguhnya menyembunyikan kekufuran. Orang munafik sulit untuk dikenali di antara orang muslim lainnya.
Kita hanya bisa mengetahui kemunafikan seseorang melalui sifatnya. "Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amanah mengkhianati"(HR. Bukhari dan Muslim).
3. Mengetahui keutamaan bulan Ramadan atau memiliki ilmu
Kalau kita mengetahui keutamaan bulan Ramadan, kita akan antusias untuk menjalaninya. Terlebih Allah memberikan pahala dengan berkali-kali lipat kebaikan.