Saya bangunkan suami dan anak-anak. Jam 4 kami sahur.
"Daddy, cobain bubur Manado. Ceritanya bubur Manado," kata saya pada suami.
Suami lantas menuangkan bubur Menado ke piring. Katanya sih enak.Â
"Lebih enak lagi kalau pakai ikan teri dan sambal," kata saya seraya menyodorkan ikan teri dan sambal terasi.
"Enak nih Bun, isinya apa aja?" tanya suami, yang saya jawab jagung pipil, ubi ungu, kacang merah, kangkung.
"Ini yang bikin enak apa ya? Apa karena Daddy lapar?" tanyanya serasa menuangkan kembali bubur Manado ke piring. Sepiring tadi sudah habis.
"Daun kemangginya yang bikin tambah enak," jawab saya.
Anak-anak saya juga bilang enak. Terutama anak pertama dan anak kedua saya. Mereka mah selalu bilang enak bubur apa saja yang saya bikin.
"Bubur bikinan Bunda mah apa aja enak," begitu katanya.Â
Menurut saya, kandungan bubur Manado ini cukup bergizilah untuk menjadi santapan sahur. Cukup kenyang hingga menjelang Maghrib. Karbohidrat, protein, mineral, vitamin, semua lengkap.Â
Sebagaimana disampaikan Prof. Ahmad Sulaeman, Ph.D dari Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), hidangan yang di daerah asalnya dikenal dengan nama Tinutuan, ini termasuk golongan makanan sehat dan bergizi.Â