Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tumbal Demokrasi

12 April 2022   13:26 Diperbarui: 12 April 2022   13:35 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Peristiwa Ade Armando yang babak belur dihajar sekelompok orang di tengah aksi demonstrasi mahasiswa masih menjadi perbincangan hangat.

Tidak terkecuali di kalangan kawan-kawan saya yang sebagian besar pekerja lapangan. Perbincangan yang memunculkan berbagai dugaan, analisis, dan skenario. Tentu saja tidak sehebat para pakar sesungguhnya.

"Ade Armando itu sengaja ditumbalkan untuk mengalihkan isu pokok dan mengacaukan demo para mahasiswa," kata kawan saya dalam perbincangan di group.

"Sepertinya kasus Ade Armando rekayasa.
Ternyata infonya itu rekayasa dan yang gebukin itu orang-orang dia juga," timpal kawan saya yang lain tanpa merinci "orang-orang dia" itu siapa.

"Pengalihan isu jebakan Batman. Bisa jadi si intel ikut mukuli itu wallohu a'lam. Semoga Alloh melindungi anak-anak ini. Aamiin," ujar yang lain.

"Drama Korea lagi aja. Secepat itu langsung ketahuan," kata yang lain.

"Udah tau dimusuhin banyak orang, dia nongol, abislah," timpal yang lain.

"Benar sekali, makanya pentingnya belajar ilmu psikologi massa, sehingga tak terjadi seperti itu," jawab yang lain.

Saya sih tidak berkomentar banyak. Kali ini hanya menyimak obrolan-obrolan saja. Meski dari obrolan itu ada juga yang sepemikiran dengan saya.

Apa mungkin Ade Armando sengaja menjadikan dirinya sebagai tumbal? Tentu saja ia mendapatkan imbalan. Atau apa mungkin Ade Armando menjadi tumbal tanpa sepengetahuan dirinya?

Wajar, peristiwa ini sendiri menjadi trending topic dan menjadi heboh dunia secara nama Ade Armando adalah nama yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.

Pertanyaannya, buat apa Ade Armando di situ? Apakah itu bukan berarti kehadirannya bisa memantik api dalam sekam? Sekali terpecik api, seketika terbakar.

Bukan rahasia lagi jika Armando banyak "dimusuhi" masyarakat. Bukan saja karena dia buzzer istana, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang ia lontarkan. Yang kerap berisi hujatan, ujaran kebencian, mengadu domba, serta penistaan kepada ulama dan agama Islam.

Namun, ketika orang lain melakukan hal serupa bisa diproses secara hukum, nah Ade Armando seolah-olah seperti sosok yang dilindungi, sosok yang kebal hukum. Tidak terjamah. Hingga sekarang. Sehingga memunculkan kegeraman di masyarakat.

Jadi, kehadiran Ade Armando di tengah aksi mahasiswa dengan segala atributnya itu, menjadi pertanyaan, buat apa? Apakah dengan mengaku setuju dengan tuntutan mahasiswa akan dengan serta merta massa akan mempercayainya?

Sebagai dosen ilmu komunikasi, harusnya ia paham menguasai massa tidak cukup dengan kepandaian berkomunikasi. Tetapi juga harus dibekali dengan ilmu psikologi massa. Nah, ilmu psikologi massa ini sepertinya yang belum atau tidak dikuasainya.

Ya kan lucu saja, Ade Armando yang banyak dibenci orang itu, tiba-tiba nongol di tengah massa. Apa tidak memancing keributan?

Jadi, peristiwa Ade Armando itu banyak yang menilai hanyalah skenario. Bagian dari "drakor". Bukan drama Korea melainkan drama kotor.

Yang namanya drama tentu saja ada sutradaranya. Pertanyaannya, siapa? Siapa lagi kalau bukan para penjarah demokrasi dan penyandang dana yang memang sengaja untuk mengacaukan aksi demonstrasi ini.

Banyak dugaan, Ade Armando memang sengaja ditumbalkan dan sengaja dikorbankan oleh sang sutradara. Siapa? Ya siapa lagi kalau bukan para pengecut yang tidak berani berhadapan langsung dengan mahasiswa. Yang tidak siap berargumentasi. Yang takut ketahuan topengnya.

Selain sutradara, tentu saja ada aktor utama dan pemain figuran. Siapa? Ya, penyusup-penyusup yang ditugaskan untuk menunggangi aksi demonstrasi mahasiswa. Menunggangi dinamika demokrasi. Tentu saja ia mendapatkan bayaran.

Apa yang ditunggangi? Ya aksi para mahasiswa yang menyatakan pendapat. Aksi yang sejatinya lindungi undang-undang. Sesuatu yang sah dan legal. Nah, para penyusup ini ingin mengacaukan aksi demonstrasi ini. Mencemarinya. Mengotorinya.

Bisa jadi orang yang pertama kali memukul Ade Armando. Dengan tujuan memengaruhi massa untuk melakukan hal serupa. Yang akhirnya, seperti terlihat kemarin, Ade Armando babak belur.

Sepertinya, upaya penyusup ini ingin membuat kerusuhan di ibu kota. Ingin mengulang peristiwa tahun 1998. Namun, gagal. Karena ternyata, bisa terkondisikan dengan baik oleh para mahasiswa.

***

Sejatinya, saya sudah berencana untuk ikut "turun ke jalan" juga. Saya ingin melihat suasana aksi demonstrasi mahasiswa secara dekat. Sebagaimana aksi-aksi demonstrasi mahasiswa sebelumnya.

Sebagai mantan aktifis mahasiswa, saya mendukung aksi demonstrasi dengan isu utama menolak Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu 2024. Saya begitu semangat. Terlebih saya juga sudah mengantongi izin dari suami.

Tapi, apa daya, ada agenda pekerjaan yang harus saya ikuti. Sehingga rencana ikut berada di tengah-tengah mahasiswa, tidak terealisasi. Kecewa tentu saja. Soalnya saya sendiri sudah geram dengan kondisi saat ini.

Seperti dugaan saya, isu Jokowi 3 periode dan penundaan pemilu 2024 ini bagaikan memantik api dalam sekam. Menyulut aksi demontrasi mahasiswa di mana-mana. Tidak saja di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah lain.

Adalah Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, yang mula-mula menggulirkan wacana ini. Katanya, dunia usaha menghendaki Pemilu diundur hingga 2027.

Lantas isu yang cukup sensitif ini disambut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto yang juga menjabat Menko Perekonomian, dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (PAN).

Eh, belakangan, Menko Maritim dan Investasi (Marinves), Luhut Binsar Pandjaitan, juga ikut menyuarakan wacana itu. Menteri yang selalu diidentikkan sebagai menteri segala bidang karena begitu banyak jabatan yang diserahkan padanya oleh Presiden Joko Widodo.

Jadi, siapa yang tidak meradang? Di saat himpitan ekonomi yang kian berat, yang ditandai dengan naiknya PPN, harga BBM, harga sembako, juga langkanya minyak goreng, langkanya solar, ada wacana itu?

Bagaimana masyarakat tidak protes? Apalagi kalangan mahasiswa yang kian kritis menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintah.

Apakah para elit ini tidak memikirkan dampaknya? Mungkin dipikirnya mahasiswa akan diam. Jadi mengambil posisi wait and see. Karena ketika wacana ini pertama kali bergulir, mahasiswa belum bereaksi.

Karena orang-orang di sekitar Jokowi terus memunculkan wacana itu, dan Jokowi juga tidak tegas, akhirnya menyulut gelombang aksi demonstrasi mahasiswa.

Bagaimanapun wacana perpanjangan masa jabatan dan penundaan Pemilu 2024 ini bisa saja terealisasi, bisa juga tidak.

Terlebih muncul isu untuk memuluskan wacana ini DPR akan mengamandemenkan UUD 1945. Padahal, UUD 1945 yang sekarang ini saja sudah hasil amandemen.

Syukurlah, mahasiswa cepat bergerak. Jika tidak dikawal, bisa saja wacana itu terealisasi. Tentu saja berpotensi menimbulkan kekacauan sosial. Yang ujung-ujungnya menciptakan ketidakstabilan keamanan.

Demikianlah analisis dari bukan pakarnya. Analisis yang bisa jadi benar, bisa jadi salah.  Bisa dipercaya, bisa tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun