"Yang perlu dan penting kita diperhatikan dalam berolahraga adalah rutinitas bukan beratnya," tegas dr. Andi yang juga pengurus di Departemen Kesehatan BPP Â KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan).
Hal yang perlu kita perhatikan dalam olahraga yaitu durasinya. Bisa 30 menit, 60 menit, atau 150 menit perminggu. Yang perlu diperhatikan adalah frekuensinya yaitu 3 sampai 5 kali seminggu.
Ia menegaskan, olahraga itu harus diatur dan harus dikontrol. Jika tidak bisa diatur dan dikontrok, maka dapat terjadi resiko cedera, bahkan kematian.
Menurutnya, olahraga intensitas berat dalam keadaan berpuasa bukannya bagus. Justru yang ada bisa menurunkan imunitas dan membuat tubuh menjadi tidak fit dan bugar.
"Dapat meningkatkan resiko cedera maupun gangguan kesehatan lainnya juga. Paling bagus itu olahraga dilakukan dengan intensitas ringan dan sedang," katanya.
Bagaimana kita bisa tahu apakah olahraganya sudah berat atau belum? Menurutnya, ada cara simpel untuk mengetahuinya. Yaitu dites saat bicara.
"Jika ngos-ngosan atau sudah terengah berarti itu sudah masuk olahraga berat karena sudah berada di puncak latihan," tandasnya.
Bisa juga dari Heart Rate Maximum, bila HRM < 60 % HRM (ringan), jika 60-80 % (sedang), kalau > 80 % (berat). Biasanya, paling gampang bisa digunakan jam tangan khusus untuk mengetahui.
Jenis olahraga yang bisa dilakukan ketika kita tengah berpuasa:
Pertama, olahraga aerob, latihan kardio. Olahraga ini tepat untuk membakar lemak, dapat dilakukan di rumah, seperti treadmill, sepeda statis, skipping/ lompat tali, naik turun tangga, jalan cepat sekitar rumah, dan sebagainya.
Kedua, olahraga anaerob. Olahraga jenis ini bagus untuk melatih kekuatan otot. Seperti push up, squat, lunges. Mengapa perlu melatih otot? Karena, otot akan menyusut 1 sampai 2% dengan sendirinya pada usia di atas 35 atau 40 tahun.