Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Masjid Al Ihsan Permata Depok Berhiaskan Lampion Warna-warni

7 April 2022   17:21 Diperbarui: 7 April 2022   17:24 2614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beragam cara dilakukan masjid saat menyambut Ramadhan. Termasuk Masjid Al Ihsan Permata Depok, Kota Depok, Jawa Barat.

Masjid yang tidak begitu jauh dari rumah saya ini di bulan Ramadhan memang berbeda. Wajahnya berganti. Penuh warna dan cahaya kala menjelang maghrib hingga waktu subuh.

Perubahan itu terjadi seminggu menjelang Ramadhan. Kalau lampu-lampu ini sudah terpasang, warga sudah paham umat Islam di kompleks ini bersiap menyambut Ramadhan.

Cahayanya terlihat cantik yang terpancar dari lampu-lampu yang bergantungan. Lampu-lampu itu berwarna merah, oranye, dan biru. Perpaduan warna yang membuat waktu subuh jadi begitu terlihat indah. Setidaknya, di mata saya.

Entah mengapa ketiga warna itu dipilih? Mengapa bukan ungu warna kesukaan saya? Atau kuning atau hijau? Apakah ada nilai filosofinya? Sepertinya sih terselip dakwah ringan dan penuh makna.

Kalau dihitung-hitung ada sekitar 75 lampu.  Lampion-lampion ini berbentuk balok. Menggunakan lampu LED 10 watt. Watt-nya rendah memang. Tapi bukan tanpa alasan. Biar bisa menghemat energi listrik saja.

Saya lupa, sejak kapan lampion yang terinspirasi dari Masjid Jokokariyan, Yogyakarta, ini terpasang saat Ramadhan. Mungkin tiga atau empat tahun terakhir ini. 

Soalnya, pada 2017 DKM gelar studi banding ke Masjid Jokokariyan Yogyakarta. Itu lho masjid, yang menjadi perbincangan dunia karena gebrakannya. Termasul saldo kasnya yang selalu nol rupiah.

Masjid Jogokariyan sendiri adalah salah satu masjid bersejarah yang berada di Kampung Jogokariyan atau tepatnya di Jalan Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta.

Jadi, pemasangan lampu-lampu lampion ini bisa menjadi semacam tradisi Masjid Al Ihsan dalam memeriahkan bulan Ramadhan.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Tujuan dipasangnya lampu-lampu lampion ini agar suasana syiar Ramadhan di masjid jadi terasa semarak. Dan, tentu saja lebih berwarna. Jalanan di sekitar masjid pun jadi gemerlap oleh lampion yang menghiasi jalanan.

Sebagai warga Permata Depok yang sudah menetap lebih dari 17 tahun, jelas saya menyambut positif pemasangan lampu lampion ini. Langkah sederhana tapi bermakna.

Dengan dihiasnya jalan menuju masjid, suasana jalan menjadi lebih indah dan meriah.

Menurut saya, ini langkah kreatif dalam menata masjid sehingga masjid semakin semarak dan menarik warga untuk lebih banyak berinteraksi di masjid.

Menjadi magnet untuk mempercantik suasana saat Ramadhan. Ibarat laron yang mengerubungi cahaya lampu.

Selain itu, pada jalan sepanjang 100 meter juga dipasang umbul-umbul berwarna-warni.

Cara ini, menurut saya, bisa juga dibilang sebagai bentuk mengagungkan masjid. Mengajak warga untuk selalu ingat Allah, mendirikan shalat, mengikuti kajian, dan lain-lain. Agar manusia bahagia di dunia dan di akhirat.

Saya juga kagum dengan perkembangan Masjid Al Ihsan. Selalu semarak dan banyak programnya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Di bulan Ramadhan ini, di masjid juga terlihat perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya sejak pandemi Covid-19 melanda.

Dua tahun sebelumnya tidak ada shalat berjamaah di masjid. Pemerintan melarang masjid mengadakan shalat berjamaah. Tujuannya, apa lagi kalau bukan memutus rantai penularan Covid-19.

Tahun kemarin, shalat berjamaah diperbolehkan, tetapi dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. Selain harus memakai masker, jarak antarjamaah minimal 1,5 meter. Itu terlihat dari tanda-tanda di lantai.

Jamaah juga harus bawa sajadah sendiri karena karpet-karet di lantai masjid dilepas. Katanya, karpet bisa menjadi medium penularan virus Corona.

Sekarang, tidak lagi seperti itu. Jarak antarjamaah berdekatan. Saya perhatikan karpet juga terpasang. Meski jamaah tetap harus memakai masker.

Subuh itu jamaah cukup banyak. Hampir memenuhi ruangan. Shaf-shat jamaah berdekatan. Setelah shalat dilanjutkan dengan pembacaan hadist-hadist Nabi, yang diharapkan jamaah dapat mengikuti sunnah Nabi.

Demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun