Meski, usianya sudah tua, sudah dimakan zaman berganti, namun, keberadaannya tetap dipertahankan di antara dua eskalator modern.Â
Hal ini sebagai bukti benda ini menjadi salah satu saksi sejarah yang tak boleh dilupakan. Sarinah ingin melestarikan sejarah.
"Sebagai bagian dari transformasi Sarinah, eskalator pertama di Indonesia ini kami pertahankan sebagai suatu memorabilia di Gedung Sarinah yang baru. Eskalator pertama kami ini berukuran kecil dengan lebar untuk satu orang dan memiliki rel pinggir yang terbuat dari kaca cembung," cuit Sarinah.
Untuk generasi milenial, mungkin belum familiar dengan Sarinah. Mengingat Sarinah dibangun pada saat transisi dari Orde Lama ke Orde Baru. Menjadi saksi bisu berbagai pergerakan mahasiswa.
Karena menjadi satu-satunya department store terbagus, masyarakat pun berduyun-duyun ke mari. Bukan untuk berbelanja, tetapi sekedar untuk menjajal eskalator atau tangga berjalan. Sesuatu yang baru saat itu.Â
"Aktor kawakan Roy Marten punya cerita lucu tentang eskalator pertama kami. Saat Sarinah dibuka, Roy datang pukul 09.00 WIB. Namun ternyata, masyarakat sudah antre sejak pukul 07.00 untuk mencoba eskalator dan lift, yang memang merupakan hal baru untuk warga Jakarta saat itu," tambah Sarinah dalam cuitannya.
Terbayang tidak, di tahun itu ada bangunan keren yang dilengkapi fasilitas yang sangat modern dan mewah saat itu. Orang pasti akan terkagum-kagum, dan mungkin juga tergagap-gagap.
Sama halnya seperti saya ketika menjajal eskalator untuk pertama kalinya, tapi di mall lain. Masih SD atau SMP kelas 1. Ada perasaan terkagum-kagum, terheran-heran, terkaget-kaget. Ada rasa takut juga. Ya, seperti itu mungkin yang dirasa masyarakat saat itu.
"Sebagai sesuatu hal yang baru, tentu saja warga belum familiar dengan eskalator. "Ada petugas perempuan yang berjaga karena banyak orang lompat dan jatuh karena tangganya berjalan sendiri," kata Roy. Cerita ini pun jadi bahan obrolan Roy dan teman-temannya selama berbulan-bulan."
Saya melewati Sarinah ketika saya masih SD, tapi seingat saya hanya melewati saja, belum menjejakkan kaki ke sana. Itu juga karena mobil yang dikendarai ayah saya mogok hahaha...
Sebenarnya masih ada area lagi yang perlu dikulik secara khusus. Namun, berhubung waktu sudah tidak memungkinkan, sesi mengitari Sarinah pun diakhiri. Nanti, dilanjutan jika ada kesempatan untuk ke sini lagi.