Gejala lainnya seperti hemoptisis atau batuk berdarah dari saluran pernapasan, sindrom Ortner atau suara serak dari pita suara, dan aritmia atau gangguan irama jantung, juga dapat terjadi.
Meski gejala-gejala ini jarang terjadi, tetap harus diwaspadai. Jangan diabaikan atau dianggap sepele. Â
"Akibat masih banyaknya masyarakat yang belum mengenali penyakit ini, pasien anak yang terdiagnosa hipertensi paru di Indonesia masih terhitung sedikit hingga saat ini," ungkap dr. Rizky Adriansyah.
Karena itu, penyakit hipertensi paru ini perlu dikenali dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat. Karena, Â salah satu penyakit kronis ini tidak hanya terpengaruh oleh penyakit bawaan.
"Penyakit hipertensi paru ini juga sangat terpengaruh oleh gaya hidup dari pasien dan konsumsi obat-obatan tertentu," katanya.
Komplikasi dari penyakit jantung bawaan
Pada kasus spesifik, hipertensi paru juga dapat menjadi salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan. Gejala dan tanda-tanda tahap awal biasanya juga tidak spesifik atau tidak terdeteksi pada bayi baru lahir.
Kondisi ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga medis untuk menetapkan diagnosis dini penyakit hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan.
Terlebih lagi, atas keterbatasan keahlian dan infrastruktur kesehatan di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di Indonesia.
Akibatnya, banyak pasien hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan tidak terdeteksi hingga timbul komplikasi yang memerlukan perhatian medis yang lebih serius.