Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Lama Dapat Penumpang, Ini yang Dilakukan Pengemudi Taksi Online

8 Maret 2022   19:54 Diperbarui: 8 Maret 2022   19:57 1398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 5 Maret 2022, lalu saya ingin ke salon Omah Gselia, di Jalan Kalimantan, Beji, Depok Utara, Jawa Barat. Ini adalah salon milik kawan seangkatan semasa SMP. Saya ingin facial dan totok wajah. 

Tadinya, saya berencana naik angkutan kota (angkot) saja. Naik angkot D.05 dari depan kompleks Permata Depok, turun di Terminal Depok. Ongkosnya Rp5000.

Nanti nyambung deh naik D.04 rute Beji, Kukusan. Turun di jalan Kalimantan. Ongkosnya Rp4000. Jalan kaki deh. Tidak jauh kok dari jalan raya utama. Jadi, total ongkos Rp9000 saja. Irit kan? hehehe...

Tapi... karena hujan deras, angin juga cukup kencang, jadi mau tidak mau saya harus naik taksi online. Ada sih mobil nganggur di rumah, tapi saya tidak bisa menyupir. Lebih tepatnya tidak berani saja sih. 

Saya lalu memesan di Grab. Sekitar 20 menit kemudian, taksi online yang saya pesan tiba. Tapi herannya, kok di pintu mobil ada tulisan Gojek yang cukup besar. 

Saya cek di aplikasi, plat nopol sama. Berarti, benar itu mobil untuk menjemput saya.  Apa Grab dan Gojek sudah gabung atau bekerjasama? Begitu tanya saya dalam hati. 

Seperti halnya pernah, ketika saya order di Gojek, tapi mobil yang datang taksi Blue Bird. Setelah saya tanya ke pengemudi, katanya memang sudah ada kerjasama kedua pihak. 

Saya mengajak anak kedua saya. Kami pun naik, setelah mobil berhenti tepat di teras rumah. Karena saya penasaran, saya tanya dong. 

"Mas, saya kan pesannya di Grab, kok di mobil ada tulisan Gojek?" tanya saya.

"Oh iya, Bu, saya punya dua akun. Satu di Grab, satu di Gojek," jawabnya.

"Oh, boleh ya?" tanya saya. 

Pengemudi menjawab boleh selama akunnya berbeda nomor. Dengan kata lain, dia memiliki dua hp dengan dua nomor yang berbeda, dua akun kemitraan yang  berbeda, dengan dua operator yang berbeda, dan email yang berbeda. 

Waktu dia mendaftar menjadi mitra,  dia juga menyampaikan bahwa dirinya memiliki akun untuk aplikasi transportasi daring yang lain. Dan, itu tidak dipermasalahkan. 

"Jadi, kalau tadi saya ordernya di Gojek ada kemungkinan orderan saya diterima sama Mas juga dong ya?" kata saya,  yang dijawab "bisa jadi".

Jadi, ketika hp menerima order, maka hp yang satu dimatikan. Nanti, ketika tujuan sudah mulai dekat, hp dihidupkan lagi. Ketika ada order untuk Gojek,  akun di Grab dimatikan dulu. Begitu pula sebaliknya. 

"Duluan mana aja yang masuk. Grab atau Gojek. Biar tidak masuk order dalam waktu bersamaan," katanya. 

Mengapa harus ada dua akun? Apakah berpengaruh dengan berapa banyak penghasilan yang didapat? Katanya sih lebih kepada untuk mempersingkat waktu menunggu order yang masuk saja. Soal pendapatan sama saja. 

Jika ia hanya punya 1 akun, belum tentu dalam waktu 30 menit ia bisa menerima orderan. Bisa-bisa 1 jam lebih.  Kalau lagi sepi banget bisa lebih dari 1 jam, bahkan pernah 2 jam. Terlebih di saat pandemi dengan segala pembatasan aktifitas.   

Nah, kalau dia punya 2 akun,  waktu menunggu bisa jadi lebih singkat. Jika di akun yang satu belum ada order yang masuk, maka peluang menerima order di akun yang satu lagi terbuka lebar. Begitu penjelasannya. 

Memang sih,  selama saya naik taksi online beberapa kali keluhan yang disampaikan pengemudi ke saya, bahwa dia baru menerima order dari saya setelah sekian lama menunggu.  

"Ini sudah 2 jam Bu, ngider-ngider,  baru dapat Ibu. Alhamdulillah ini.  Bersyukur banget," kata pengemudi lain dalam kesempatan yang berbeda. 

Dengan waktu selama itu,  berapa banyak bahan bakar yang terbuang, berapa lama waktu yang juga terbuang? Belum lagi menghadapi macet yang bisa menguras emosi.  Tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan. Tentu menjengkelkan, bukan?

Abang saya yang juga pengemudi ojek online pun mengeluhkan hal yang sama.  Meski dia sudah nongkrong sekian lama, order belum juga nyangkut. Entahlah,  apa sepi penumpang? 

Jadi,  cara menyiasatinya, pengemudi yang saya ajak mengobrol menyampaikan, ya dengan  memiliki 2 akun.  Apakah diterapkan selama Covid-19 atau juga saat sebelum pandemi? Dia bilang sudah 3 tahun ini dia menerapkan seperti itu.  

Katanya, profesi pengemudi transportasi online saat ini sudah bukan hal yang mewah lagi. Tidak seperti awal-awal dulu yang menjanjikan bisa mendapat pendapatan jutaan dalam sebulan.

Jadi,  menurutnya, dengan cara seperti ini,  tidak ada lagi waktu yang terbuang untuk menunggu orderan.  Setidaknya,  dia menjadi lebih hemat waktu dan hemat bahan bakar. 

Namun,  kalau ditanya pilih Grab atau Gojek,  dia bilang lebih memilih Gojek. Alasannya,  Gojek dalam memberikan apresiasi kepada mitranya berdasarkan bintang, baru jarak.  Sementara Grab berdasarkan jarak, baru bintang.  

Bagi pengemudi, apresiasi berdasarkan bintang memberikan semangat untuk bekerja lebih giat lagi. Selain itu, menjadi skala prioritas jika ada orderan yang masuk.  

Jadi,  ketika ia sedang menunggu orderan, karena performanya bagus, sistem secara otomatis akan mengarahkan ke dirinya,  meski di sekitarnya banyak pengemudi. 

Ia sendiri menyarankan yang lain untuk memiliki 2 akun.  Tidak apa-apa harus modal beli hp lagi, daripada tidak menghasilkan apa-apa karena menunggu waktu yang lama?

Ketika saya tanya apakah banyak juga yang menerapkan dua akun berbeda? Soal banyak atau tidak,  ia tidak memastikan. Yang jelas,  ada beberapa temannya yang juga melakukan hal serupa. 

Gojek sendiri sebagaimana yang saya baca di tirto.id membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi pengemudi Grab yang berminat untuk bergabung dengan perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim itu.

Tidak ada larangan pengemudinya untuk bermitra dengan aplikasi transportasi daring lainnya. Pengemudi memiliki hak untuk bermitra dengan siapa saja. Begitu yang saya baca di sini.

Saya pun tiba di tujuan. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih dan memberinya bintang lima plus tips.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun