Urusan di RS HGA pun selesai. Saya kembali naik angkot pink mengingat rutenya ke arah terminal Depok. Melewati rute yang sebelumnya. Tapi, saya tidak sampai terminal. Saya turun di persimpangan apotek. Baru lanjut naik D.05.Â
Akhirnya, kesampaian juga saya naik angkot pink. Sayangnya, saya belum sampai ke rute terakhir Kalimulya. Kalau dilihat dari namanya sih, sepertinya berada di sekitar belakang Grand Depok City (GDC). Karena GDC sendiri berada di wilayah Kalimulya.
Sepertinya saya perlu menaiki satu persatu trayek angkot di Kota Depok. Jadi, saya bisa tahu jika suatu ketika saya ada keperluan ke rute trayek-trayek tersebut.Â
Sepertinya sih, sudah mulai jarang orang naik angkot. Tidak sebanyak dan seramai ketika ojek online belum beroperasi. Kalau saya perhatikan, seringnya angkot dalam keadaan kosong.Â
Untuk menyiasati agar angkot terisi, biasanya pengemudi ngetem agak lama. Kalau dalam keadaan santai, biasanya saya maklumi. Tapi kalau sudah lama dan saya mandi sauna, biasanya tegur.Â
Bagi saya sendiri, ada hal-hal menyenangkan saat naik angkot. Pertama sih karena ongkosnya lebih murah. Bandingkan dengan tarif ojek online.Â
Saya naik angkot pink PP lalu naik angkot ke Permata Depok, Citayam, menghabiskan ongkos Rp14.000 saja. Masih ada lebih Rp1000 dibanding naik ojol dengan tarif Rp15.000 dari SMPN 1 Depok ke RS HGA. Itu sekali jalan.Â
Kalau pulangnya saya naik ojek online lagi, saya bisa mengeluarkan dana sekitar Rp50.000. Lumayan, bukan? Hehehe...Â
Maaf ya driver ojol. Kadang kalau tanggal tua, jiwa emak-emak saya ke luar. Perhitungan banget. Apa lagi sekarang sembako merangkak naik.
Kedua, saya bisa mengamati rute jalan yang saya lewati. Saya jadi bisa tahu "oh gedung C di sini" atau "toko buku A lewat juga" dan lain-lain. Jadi, ketika ada orang atau teman menanyakan suatu tempat dengan naik angkot, saya bisa memberikan info.