Katanya, selama masa pandemi Covid-19, pekerjaan bidan sebagai salah satu garda terdepan layanan kesehatan menjadi lebih rumit. Beban para bidan semakin berat.
Dalam kondisi pandemi, banyak ibu cenderung mengandalkan bidan sebagai sumber dukungan emosional selama masa persalinan.
Bisa dimaklumi mengingat kunjungan di klinik atau rumah sakit dibatasi. Juga karena ketakutan ibu untuk pergi ke klinik atau rumah sakit.
Tingginya angka kelahiran di Indonesia -- terbesar kelima di dunia, menambah beban kerja bidan. Soalnya, selama pandemi ini, Indonesia diprediksi memiliki 4 juta angka kelahiran selama masa pandemi ini.
Belum lagi adanya peningkatan jumlah layanan rumah yang dilakukan bidan, termasuk untuk memberikan imunisasi bagi anak dan edukasi kesehatan bagi ibu.
Maka, penting sekali melakukan upaya dalam membantu para bidan meningkatkan dan menjaga kesehatan mentalnya.Â
Dengan demikian, mereka bisa bekerja secara produktif dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak yang baik di Indonesia.
Temuan lain dari studi tersebut yakni  terdapat korelasi signifikan antara persepsi bidan terhadap pengetahuan (perceived knowledge) terkait Covid-19 dengan tingkat stres dan depresi para bidan.
"Terbukti, semakin rendah pemahaman bidan terkait Covid-19, maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki," ujarnya.
Dari studi itu juga diketahui kemampuan adaptasi terhadap stres kerja sebagai faktor yang paling kuat berhubungan dengan kondisi kesehatan mental para bidan.
Sayangnya, studi ini menemukan, kemampuan adaptasi bidan terhadap stres pekerjaan masih cukup rendah.Â