Saya sendiri juga beberapa hari lalu ketika masuk stasiun tidak diperiksa kelengkapan persyaratan perjalanan . Padahal, ada petugas yang standby berdiri dekat scan aplikasi PeduliLindungi.Â
Namun, di beberapa stasiun lainnya petugas masih memeriksa kelengkapan persyaratan perjalanan. Masih setia menanti saya mencari-cari foto sertifikat vaksin di galeri hp. Soalnya saya tidak pakai aplikasi PeduliLindungi. Memori hp full.
Beberapa hari lalu saya dan anak-anak juga sempat mampir ke beberapa mall di sekitaran Depok, saya masuk-masuk saja tuh. Tadinya, mau ngetes saja, bakal diperiksa atau tidak.Â
Ternyata, petugas keamanan mempersilakan saya masuk begitu saja. Padahal, ada scan QR PeduliLindungi terpajang di depan mall. Apakah hanya sekedar aksesoris?
Baca juga:Â Susahnya Berburu Ruang ICU Covid-19
Tidak percaya Covid-19 tapi kena
Keluarga kawan saya yang tinggal di sekitar Condet, Jakarta Timur, termasuk yang tidak percaya ada Covid-19. Kawan saya sebenarnya, percaya tapi tidak percaya. Suaminya malah tidak percaya.
Dalam pemikirannya, Covid-19 hanya pesanan asing agar kita panik. Ini hanyalah persaingan dalam perdagangan global. Itu sebabnya, ia sendiri tidak terlalu peduli mengenai prokes.
Ibu kawan saya itu juga tidak percaya dengan adanya Covid-19. Masih sering pergi-pergi. Wara wiri ke sana ke sini. Tanpa protokol kesehatan. Masih sering berkerumun.
Berulang kali sudah saya ingatkan untuk diam-diam saja di rumah. Lansia dan komorbid diabetes sangat beresiko tertular. Jika sekarang merasa baik-baik saja, belum tentu di hari-hari besok demikian adanya.
Akhirnya kejadian juga. Kawan saya bersama anaknya, sekarang lagi isolasi mandiri karena terkonfirmasi positif Covid.Â