"Teh, lagi di rumah? Aa Bapak sakit, minta dibawa ke rumah sakit. Mobil lagi dipakai teu," kata adik pertama saya saat menelepon saya beberapa hari lalu. Saat itu, saya sedang menuntaskan ketikan di hp.Â
Di rumah, Abah, begitu biasa saya memanggil Bapak saya, hanya berdua dengan adik bungsu saya. Kebetulan lagi work from home atau wfh. Sementara abang saya pertam belum pulang dari kerjanya.Â
Adik saya menelepon karena di rumah Abah tidak ada kendaraan mobil. Adanya motor. Sementara adik bungsu saya tidak bisa mengendarainya.Â
Mungkin karena "panik", adik saya tidak terpikir untuk naik taksi online. Atau, bisa jadi belum ada pengalaman bagaimana mengurus orang sakit ke rumah sakit. Selama ini, abang saya yang menemani.
Baca juga:Â Berobat ke IGD Pakai BPJS Kesehatan Ditanggung Kok, Asal...
Saya bergegas menghampiri suami yang saat itu tengah mengobrol dengan teman semasa SMP-nya di teras samping. Saya sampaikan bahwa Abah perlu segera dibawa ke rumah sakit.
Suami pun minta maaf ke temannya tidak bisa menemaninya lebih lama lagi. Lalu kami ke rumah Abah. Saya temukan kondisi Abah baru ke luar dari kamar mandi dengan wajah meringis menahan sakit.
Kata adik saya, Abah dari tadi siang muntah-muntah dan buang-buang air besar. Entah karena makan apa. Melihat wajah Abah yang meringis, saya putuskan bawa ke rumah sakit.Â
Terlebih Abah lansia. Umurnya 83 tahun. Jika dibawa ke RS, pemeriksaan akan lebih lengkap. Dengan demikian, akan diketahui Abah sakit apa. Tidak lagi menduga-duga.Â
Belum tentu juga dikasih obat bebas bisa segera membaik. Belum tentu juga dosisnya sesuai dengan usia Abah. Iya, kan? Usia lanjut memang butuh penanganan serius.