"Perlu ruang diplomasi politik agar penyenggaraan olahraga jangan terlalu didominasi oleh kepentingan politik tertentu," ujarnya, tegasnya dalam kesempatan terpisah.
Anggota DPR yang membidangi Pendidikan, Olahraga, dan Sejarah, ini menambahkan, Â perlu didorong untuk mencari titik temu terkait diplomasi politik. Agar pelaksanaan ajang tersebut lancar, sekaligus tidak memengaruhi hubungan diplomatik.
"Warga dunia sangat mencintai olahraga dan termasuk olimpiade musim dingin di China. Â Ini menjadi bagian dari tontonan warga dunia terlepas dari persoalan politik," katanya.
Pandangan yang sama juga disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. Katanya, setiap negara memiliki posisi diplomatik, tapi berharap dunia olahraga tidak turut dipolitisi. Termasuk Indonesia.Â
Ada beberapa pertimbangan. Pertama, China secara resmi terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin sejak beberapa tahun lalu.Â
Karena itu, kita harus bersikap fair dan melihat olimpiade dengan kacamata sportivitas. Kita manfaatkan ajang olahraga tersebut sebagai momen persahabatan antar negara dan mencetak prestasi.Â
Kedua, dalam Desain Besar Olahraga Nasional, Indonesia memiliki target besar prestasi olahraga hingga 2045. Indonesia menargetkan ranking 25 besar pada olimpiade tahun 2024.Â
"Pada 2021, kita baru mencapai peringkat 55. Tentu Olimpiade di China tahun 2022 ini sangat penting bagi kita untuk mengejar ketertinggalan prestasi. Olimpiade juga penting untuk pembinaan berjenjang atlet," jelasnya.
Ketiga, Indonesia baru saja mendapat teguran dari WADA (The World Anti-Doping Agency) atau Badan Antidoping Dunia. Teguran itu menyebutkan Indonesia tidak patuh kepada aturan karena tidak menerapkan program pengujian yang efektif.
KOI sendiri telah berusaha keras untuk memperbaiki nama Indonesia di mata dunia. Jadi, olimpiade ini, menurutnya, bagian dari upaya Indonesia menuju target tersebut.
Sebagaimana diberitakan aksi boikot sejumlah negara tersebut membuat China murka.