Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bermalam di Homestay Geopark Ciletuh, Berapa Tarifnya?

19 Januari 2022   14:55 Diperbarui: 20 Januari 2022   14:51 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geopark Ciletuh yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, semakin populer. Terlebih sejak Geopark Ciletuh yang awalnya berstatus Geopark Nasional sudah diakui dan resmi menjadi Unesco Global Geoparks (UGG) atau world heritage (warisan dunia) pada 2018. 

Mulai diperkenalkan sekitar tahun 2012, kemudian diakui sebagai Geopark Nasional pada 2015, lalu naik tingkat lagi menjadi Geopark Dunia pada 2018. 

Biasanya perlu 10 tahun untuk berbenah menjadi Geopark Dunia sejak ditetapkan sebagai Geopark Nasional. Berarti, Geopark Ciletuh memang keren! 

Sejak itu, semakin banyak yang ingin berkunjung ke Geopark Ciletuh. Termasuk saya, tentunya. Insfrastruktur menuju Geopark juga diperbagus. Jika sebelumnya berbatu dan berlumpur, sekarang beraspal beton dan mulus. 

Baca juga:
Menegangkan! Jalur dari Geopark Ciletuh ke Puncak Darma Pacu Adrenalin

Ya, tetap terjal dan curam juga sih, tapi setidaknya semakin memudahkan wisatawan yang berkunjung ke sini. Apalagi jarak menuju Geopark Ciletuh semakin cepat setelah dibangun jalur baru di Simpang Loji dengan nama Trans Loji.

Biasanya bisa menghabiskan waktu 8 jam dari Jakarta, sekarang menjadi lebih cepat menjadi sekitar 5 jam. Kalau dari Sukabumi bisa 3 jam yang biasanya 6 jam. Ditambah disuguhi pemandangan alam yang indah-indah membuat perjalanan semakin berkesan.

Kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu membentang sepanjang delapan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Luasnya mencapai 126 ribu hektar atau 30,3 persen dari luas wilayah Kabupaten Sukabumi.

Tersebar di 74 desa di 8 kecamatan Kabupaten Sukabumi, yakni Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap dan Surade. Luas banget, kan?

Baca juga:
Puncak Darma, Bukit Tertinggi di Kawasan Geopark Ciletuh, Bisa Lihat Apa Saja?

Geopark atau taman bumi di Ciletuh ini memang lengkap. Ada pantai, laut, air terjun, hutan lindung, sawah, bukit, sungai, gua, sejarah, kuliner, hingga budaya. Semuanya menawarkan daya tarik sendiri.

Untuk menikmati semua kekayaan alam yang berada di Ciletuh ini, tidak bisa cukup hanya sehari saja. Harus berhari-hari. Itu, jika mau menjelajahi semua area di Geopark Ciletuh.

Saya, misalnya, cuma sehari menginap hanya bisa menyusuri Pulau Kunti saja. Padahal, banyak pulau di sini. Belum lagi tempat wisata lainnya. Sayang juga jadinya. Masa sudah ada di sini hanya menjelajahi satu pulau saja?

Meski hanya sehari, tetap butuh menginap. Tidak mungkin juga kan tidur di mobil secara bawa anak-anak yang beranjak remaja. Tidak leluasa juga. Bagaimana kalau hujan? Bagaimana juga kalau dalam keadaan terik? Tidak mungkin juga kan di dalam mobil? 

Baca juga:
Pulau Kunti Geopark Ciletuh Cantik Alami Memesona

homestay yang kami inapi. Cukup luas, bukan? (dokumen pribadi)
homestay yang kami inapi. Cukup luas, bukan? (dokumen pribadi)

Jangan khawatir. Di titik utama Geopark Ciletuh, ternyata banyak penginapan. Ada yang berupa kamar kost, ada juga hostel, ada villa, ada cottage, ada juga homestay. Saya perhatikan sih lebih banyak homestay. 

Beberapa penginapan yang umumnya dikelola warga setempat ini ada yang dekat dengan Pantai Palangpang sehingga tinggal berjalan kaki saja untuk ke sini. 

Saya perhatikan beberapa penginapan tersebut memiliki bangunan yang unik. Ada  rumah berbentuk atap segitiga, ada juga rumah panggung dan rumah kayu. Pokoknya, cukup unik.

Ada juga penginapan yang tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang. Homestay yang saya inapi termasuk yang tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang. Butuh sekitar 5 menit berkendara untuk bisa sampai di sini. Menurut saya sih ini termasuk dekat. 

Baca juga:
Jalan Malam ke Geopark Ciletuh Mencium Aroma Bunga Melati di Perkebunan Karet

Kata adik saya, penginapan yang dekat Pantai Palangpang penuh semua. Jadi, setelah dicari-cari, dapatlah homestay. Tidak masalah bagi saya mah. Terpenting ada tempat untuk beristirahat. Terlebih saya dan anak-anak tiba dini hari.

Kami menginap di homestay "Sarpiah" yang berada di Kampung Cimarinjung, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Tidak begitu jauh dari Pantai Palangpang yang menjadi titik awal Geopark Ciletuh.

Saya perhatikan hampir sebagian besar rumah di kampung ini dijadikan homestay. Setidaknya terlihat dari plang kayu yang bertuliskan "homestay" berikut nama si pemilik dan nomor kontak yang bisa dihubungi. 

Di samping kiri, samping kanan, depan semuanya dipasangi plang nama. Bahkan di sepanjang perjalanan menuju Pantai Palangpang terpampang plang "homestay" di depan rumah.

Sebenarnya homestay ini adalah rumah penduduk yang disulap menjadi tempat menginap bagi wisatawan. Jadi, kita menginap serasa berada di rumah sendiri. 

Seperti halnya di rumah sendiri, homestay ini ada kamar tidur, ada ruang tamu, ada dapur, ada kamar mandi, ada teras, ada halaman rumah untuk parkir kendaraan.

Homestay yang kami inapi cukup luas. Ada 3 kamar tidur lengkap dengan kasur, bantal, dan bantal guling. Tiap kamar dilengkapi dengan kipas angin. Di sini, ada 2 kamar mandi yang cukup luas. Di ruang tamu ada televisi.

Dapur juga cukup luas. Dilengkapi dengan beberapa piring, gelas, sendok, dan alat memasak seperti penggorengan dan panci. Dilengkapi pula dengan kompos gas. Ada meja makan juga.

Jadi, dengan biaya menginap Rp500.000 semalam, termasuk wajarlah, menurut saya. Sangat terjangkau. Terlebih diinapi oleh 10 kepala. Coba kalau menginap di hotel? Mungkin biayanya lebih dari itu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Tarif menginap di homestay ini bervariasi. Tergantung luas rumah dan fasilitas. Kisarannya sih rata-rata mulai Rp300 ribu - Rp650 ribu per malam. Kalau ada fasilitas AC tarifnya bisa lebih mahal dari ini. Ada juga yang perkamar. Kalau pakai AC Rp350.000 dengan 2 bed.

Katanya sih, tarif ini terbilang naik. Mungkin karena pamor Geopark Ciletuh yang mendunia. Tapi menurut saya tarifnya masih wajar. Tidak bikin kantong bolong.

Salah satu lokasi yang populer di kawasan Geopark Ciletuh adalah Curug Cimarinjung dan Pantai Palangpang yang berada di Kecamatan Ciemas.

Jika kita ingin menikmati objek wisata di kawasan Teluk Ciletuh, menginap di homestay kawasan Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, adalah pilihan yang tepat. 

Menurut Pak Bagas, pemilik homestay yang kami inapi, di desa ini  ada sekitar 100 homestay. Jadi, tnggal dipilih saja mau menginap di mana sesuai dengan kebutuhan. Harganya terjangkau.

Dari sini, dekat dengan Curug Cimarinjung, Pantai Palangpang, Curug Sodong, Puncak Darma, dan Puncak Pamoyanan. Untuk mencapai kawasan Panenjoan pun bisa ditempuh dalam waktu satu jam.

Pak Bagas mengakui sejak akses jalan menuju Geopark Ciletuh sudah bagus, setiap minggu, homestay miliknya dan milik tetangganya selalu ada yang menginap. Kalau dulu, sebulan belum tentu ada.

"Terkadang, waktu hari-hari libur besar atau long weekand, banyak juga wisatawan yang tidak kebagian homestay," ungkap lelaki sepuh yang masih tetap energik ini.

Mencuatnya Geopark Ciletuh Palabuhan Ratu diakuinya sebagai daya tarik wisatawan menjadi berkah tersendiri baginya, juga warga lainnya. Hampir seluruh rumah disulap menjadi homestay. 

Tentu saja menambah kas keuangan keluarga sehingga dapat mengangkat kesejahteraan keluarga dan masyarakat sekitar.

Berkah lainnya, tidak sedikit warga memiliki lebih dari 1 homestay. Tadinya punya satu, dari uang yang dihasilkan dari sewa homestay, dibangun lagi homestay.  Jika semua terisi, pemasukan cukup lumayan.

Saya sendiri lebih memilih homestay karena jujur belum pernah menginap di homestay. Kalau libur bersama keluarga lebih sering buka tenda atau nginap di hotel. 

Itu sebabnya, saya minta adik saya untuk menginap di homestay saja. Seperti apa sih suasananya? Terlebih yang saya tahu lebih ke suasana desa atau perkampungan. 

Jadi, bisa merasakan suasana kampung begitu. Ada persawahan juga. Orang-orang di sekitar situ juga ramah. 

Pak Bagas sendiri berharap pandemi Covid-19 segera berlalu agar masyarakat di sekitar Geopark Ciletuh bisa kembali bergeliat memutar roda perekonomian untuk kesejahteraan keluarga. 

Menurut saya sendiri, dalam suasana pandemi seperti saat ini, justru liburan ke alam itu seperti di Geopark Ciletuh lebih aman dari potensi penularan virus Corona. 

Terlebih di Geopark Ciletuh kan banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tidak terpusat di satu titik sehingga tidak terjadi potensi kerumunan massa. 

Demikian laporan saya. Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun