Tidak lama adik saya telepon menanyakan posisi kami. Saya sampaikan sudah melewati SDN Cikondang.
Suami bilang tidak bisa meneruskan perjalanan ke Ciletuh, mau ke Pelabuhan Ratu saja. Dari tadi berputar-putar malah menemukan jalan buntu. Kecuali, adik saya menjemput.
Kami memutuskan beristirahat di mushola. Suami juga cukup lelah. Kebetulan, di situ ada beberapa warga yang tengah berjaga di Pos Ronda. Setelah meminta ijin kami pun meluruskan kaki di mushola.
Ternyata, ada juga mobil yang tersasar seperti kami. Seorang ibu bertanya kepada pemuda yang berada di pos ronda menanyakan arah ke Geopark Ciletuh. Setelah diarahkan, mobil itu pun melanjutkan perjalanannya.
Sementara itu, suami berkomunikasi dengan adik saya. Saya mengirimkan posisi kami. Waktu menunjukkan pukul 12 malam lewat. Tidak sampai 30 menit, mobil adik saya tiba. Ia bersama seorang warga Ciletuh. Lha, kok cepat banget?
Ah lega saya. Akhirnya, setelah mengucapkan terima kasih kepada warga setempat, kami pun melanjutkan perjalanan mengikuti mobil adik saya.
Jalanannya menurun, menanjak, berkelok, gelap gulita. Harus berhati-hati. Terlebih mobil kami cukup besar dibanding mobil adik saya.
Setelah 30 menit berlalu, sampailah kami di Geopark Ciletuh. Memarkirkan mobil di homestay yang kami sewa. Di sini, memang tidak ada sinyal ternyata. Pantas menghubungi adik saya susah.
Adik saya bisa menelepon setelah ke luar dari area homestay ke arah Pantai Palangpang Ciletuh, yang tidak begitu jauh dari rumah kami menginap. Butuh waktu sekitar 5 menit perjalanan.
Alhamdulillah...sampai dengan selamat. Perjalanan yang cukup menegangkan. Sampai membuat si kecil menangis ketakutan.
Kata Pak Bagas, warga Ciletuh yang mendampingi adik saya, di wilayah kami yang tersasar itu memang sering kejadian mistis.