Adik saya bercerita sambil menelusuri destinati apa saja yang ada di sekitaran Pelabuhan Ratu, eh ternyata ia "tersasar" di Geopark Ciletuh.
Mendengar kata Geopark Ciletuh, saya pun antusias. Belum pernah soalnya ke sana. Terlebih informasi yang saya dengar, pemandangannya indah dan menakjubkan. Jadi, saya minta adik saya cari penginapan homestay. Biar bisa tinggal bareng.
Suami saya juga antusias. Terlebih setelah melihat di Google, pemandangannya memang indah-indah. Setelah bertanya ke Google Maps, butuh waktu sekitar 3 jam ke sana.
Rencana berangkat selepas Maghrib buyar karena suami mau menonton pertandingan sepak bola babak final AFF liga Indonesia melawan Thailand. Tapi suami tidak tuntas menonton karena hasilnya mengecewakan hatinya.
Kami pun melanjutkan perjalanan berbekal Google Maps dari adik saya. Jam menunjukkan pukul 20.15 WIB. Perkiraan kami sampai di sana sekitar pukul 23.00 atau tengah malam.
Awalnya perjalanan mulus-mulus saja. Melalui jalanan berkelok dan gelap seperti yang biasa kami lewati. Tidak ada kekhawatiran.
Namun, di pertengahan jalan tiba-tiba Google Maps menginformasikan berputar arah. Yang tadinya terlihat 58 menit lagi tiba, kok berubah menjadi 1 jam 58 menit.
Bingung dong suami. Saya coba telepon adik saya, tidak nyambung-nyambung. Telepon ke WA maupun jalur biasa tidak terkonek. Telepon ke isteri dan anaknya juga sama.
Wah, apa tidak ada jaringan? Sinyal internet di HP saya juga begitu. Padahal saya pakai jaringan Telkomsel. Karena suami meragu, akhirnya suami mengikuti rute semula.
Tanya ke ibu-ibu penjaga warung yang masih buka, katanya ada beberapa rute. Dia menyarankan lewat simpang Loji, jalan baru menuju ke Geopark Ciletuh. Kalau jalan lama masih jauh.
Karena saya tidak tahu jalan ke Loji, belum pernah, dan sudah tengah malam, kami memutuskan mengikuti Google Maps yang semula. Saya pun kembali bertanya ke penjaga warung. Katanya sih memang masih jauh. Ada 30 kilometer lagi.