Keempat, jangan sering bertanya "masih jauh tidak?" Menurut petugas, pertanyaan ini justru akan membuat perjalanan kian jauh. Apa yang dipikirkan, akan menjadi kenyataan.
"Jadi, kalau ada yang bertanya masih jauh atau nggak, ya saya jawab sebentar lagi. Kalau bilang jauh, akan semakin terasa jauh," katanya.
Setelah berdoa, kami pun mulai trekking dengan berbekal tongkat dari batang pohon yang berserakan di tanah. Petugas memangkas batang pohon itu menjadi tongkat.
Kami melewati jalanan setapak yang di kiri dan kanan pohon-pohon. Perjalanan cukup menanjak dan tanah becek bekas hujan semalam.
Sambil berpijak pada daun-daun dan berpegang pada tongkat kami pun naik perlahan-lahan. Melewati pohon berduri yang entah apa namanya.
Setengah jam berlalu kami pun diperkenankan untuk beristirahat. Kami duduk sambil meluruskan kaki di pinggiran batu berlumut semacam penampungan air berbentuk kotak.
Kami pun minum beberapa teguk. Sebagian lagi memutuskan turun karena tidak sanggup melalui perjalanan yang menanjak. Kebetulan memang ada dua petugas yang mendampingi kami.
Setelah dirasa cukup beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan. Kali ini perjalanan agak landai, menanjak tapi tidak terlalu "curam". Namun, kami tetap harus berhati-hati karena licin. Belum lagi ada tebing yang tertutup dedaunan. Kami saling mengingatkan untuk berhati-hati.
Anak saya yang kecil sempat terjatuh, tapi ia cukup sigap untuk menahan tubuh agar tidak terperosok lebih jauh. Ia hanya tertawa menyeringai. Antara sakit dan terkejut, mungkin juga tegang.
Tidak berapa lama terdengar suara gemuruh air yang jatuh dari ketinggian, juga gemericik air yang mengalir. Sepertinya curug yang kami tuju semakin dekat.