Jika penumpang sudah memasuki peron, maka penumpang jurusan berbeda dipersilakan maju hingga gate. Ketika kereta tujuan Jakarta Kota sudah meninggalkan stasiun, baru penumpang tujuan Tanah Abang dipersilakan masuk peron.
Karena penumpang cukup banyak dan ramai, sepertinya petugas agak kewalahan memeriksa persyaratan satu persatu calon penumpang. Terlebih, petugas yang berjaga di sekitar pelataran sepenglihatan saya hanya dua orang.
Saya saja tidak sempat ditanya-tanya atau diperiksa-periksa karena pas saya sampai, petugas tengah mengarahkan penumpang yang antrean Tanah Abang.
"Penumpang yang tujuan Tanah Abang sebelah sini," kata petugas yang menggunakan pengeras suara seraya tangannya mengarahkan ke sebelah kiri.
"Oh, ini antrean jalur ke Tanah Abang ya Pak?" tanya saya, yang dijawab betul.
Saya pun berbaris dalam antrean tanpa ditanya-tanya. Saya perhatikan, penumpang yang lain juga tidak menscan QR aplikasi pedulilindungi. Wong antriannya cukup panjang.
Jangankan mencek syarat perjalanan berupa sertifikat vaksin, cek suhu juga tidak. Saya tidak tahu apakah di stasiun lain begitu juga pemandangannya di jam sibuk?
Tibalah kereta yang akan saya naiki. Ternyata, kalau berangkat pagi, penumpang cukup padat. Jangan tanya apakah ada social distancing. Semakin ke sana, jumlah penumpang bertambah.
Semua seperti semula sebelum ada pandemi Covid-19. Bedanya, para penumpang semuanya memakai masker. Itu saja. Selebihnya ya tidak ada bedanya.
Atau jangan-jangan masyarakat sudah menganggap Covid-19 tidak ada lagi? Dan menganggapnya sebagai endemi? Ya, seperti penyakit flu biasa begitu.
Rentang jam 07 pagi dan jam 08 pagi, sebagaimana cerita kawan-kawan, juga berita yang saya baca, memang pergerakan penumpang cukup tinggi. Terlebih ketika mulai diberlakukannya bekerja di kantor atau work from office.